Mengikat Kenangan

Tak ingin ku ikat kenangan
Yang mampir begitu saja tanpa permisi
Yang hadir begitu saja serupa ilusi
Kilas balik pecahan-pecahan kenang tiga tahun silam,
Kembali menyapa, mengucap salam dalam diam
Membawa lamunku terbang
Akankah masa itu terulang?

Wajah-wajah itu, tawa lugu itu, tak kuasa ku ikat hidup-hidup
Sejatinya walau kenangan tak punya nyala, namun sosoknya tak mungkin redup
Ia akan terus hidup dalam kasih yang termaktub
Pertemuan kita yang bagai candu, entah bagaimana lagi namun harus ku akhiri
Apa daya jika kaki terpaksa menghianati kata hati
Akankah pertemuan itu mampu ku ulangi?

Potret diri akan selalu tersimpan rapi dalam kisah yang mungkin saja abadi 
Adalah bukti bahwa diri ini pernah mengabdi
Adalah tanda bahwa pertemuan itu mungkin saja bisa diulang kembali
Adalah bisikan untuk memaknai perpisahan sebagai jeda, bukan sebagai pembatas diri untuk berhenti
Walau dengan berat hati, namun harus ku jalani
Karena hidup terus berlari, ia tidak duduk santai di sini

Tak kuasa ku ikat kenangan
Ia berhak melepaskan diri
Bebas menari sesuka hati, mencari makna yang tersembunyi dibalik kata selamat tinggal
Biar saja mereka abadi dalam sanubari, dan kemudian menyendiri dalam kekal
Biarlah mereka semua pergi
Biarkan mereka mencari jalannya sendiri

Mungkin nanti jika waktu menagih janji
Membiarkan pertemuan ini terulang untuk kedua kali
Dan akan ada masanya nanti
Saat semuanya kembali, pertemuan ini akan mampu mengobati

***
Oleh: Dymar Mahafa

Komentar

  1. merindukan seseorang kah, puisi ini mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi seperti itu. Lebih tepatnya, merelakan kenangan.

      Terima kasih kak sudah mampir baca...🙏

      Hapus
    2. kenangan ya kenangan, biarlah waktu yang menyimpannya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lara dan Alam Lain

What Do You Think About English Subject At School?

Dia Dan Alegori