Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

I can see you, but you can't!

Siapakah aku? Aku bukan siapa-siapa. Apa tujuanku kemari? Tak semua manusia mengetahuinya. Bahkan untuk sekedar menyadari hadirku pun jarang. Aku menemukannya. Targetku. Ya, target sasaran empuk. Ku sambar anak panah di punggungku, busurku siap membidik. Tiga, dua, satu. Anak panahku melesat. Begitu kencang! "Khh..." keluh seorang gadis seraya menahan sakit di sekujur ulu hatinya. Rasa yang tiba-tiba terasa saat seorang pemuda melewatinya. Dara, ada apa denganmu? Apa yang barusan? "Mas Real, apa sudah sampeyan kirimkan berkas yang bos minta?" tanya petugas Tata Usaha di sekolah itu kepada Real. "Sebentar lagi, mbak." jawab Real dengan anggukan sopan. Dara hanya memperhatikannya dalam diam seraya tetap fokus pada apa yang saat ini dikerjakannya. Seolah tak peduli pada Real dan Bu Fini yang saat ini tengah berbincang dengan Real. "Mari, Mbak Dara." sapa Bu Fini seraya tersenyum undur diri dari ruang perpustakaan di seko

Kancil si Pencuri Hati

Pada zaman dahulu hiduplah seekor buaya tampan dan seekor kancil yang tidak terlalu tampan, tapi mapan. Suatu hari Kancil berniat untuk melamar seekor Merpati yang putih, elok nan anggun. Ia telah mempersiapkan sarang berlapis emas sebagai tanda kasihnya kepada Merpati. "Ti, aku... a-aku ingin mengatakan sesuatu padamu." gugupnya di hadapan semua kawan-kawan Merpati. "Secara pribadi. Empat mata." tambahnya cepat-cepat. Merpati memberi isyarat kepada teman-temannya untuk meninggalkan mereka berdua sendiri. Para merpati yang lain mengerling nakal pada keduanya. Mereka mengerti dan segera pergi. Dari kejauhan, sepasang mata yang mengkilat terus mengawasi gerak-gerik Kancil dan Merpati. Kemudian menghilang ditelan air danau. "Ada apa, Kan?" tanya Merpati setelah terbang ke ranting yang lebih rendah. Bahkan saat terbang pun Merpati terlihat sangat menawan di mata Kancil. "Ini." Kancil memulai. "Untuk apa ini?" Merpati mengernyi