Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Ketidakproduktifan

Halo. Gue ingin sekadar mengutip kalimat yang tiba-tiba terlintas di benak gue kemarin, "Menikmati ketidakproduktifan dengan cara yang produktif." Seminggu udah berlalu dan gue hanya menghabiskan separuh dari total libur kerja di akhir tahun ini dengan melakukan hal-hal kurang (jika tidak ingin dikatakan "sama sekali tidak") produktif. Bangun tidur, mandi (itupun udah siang karena kebiasaan kalo libur tiba-tiba gue berubah menjadi makhluk anti-air di pagi hari), makan, nonton reality show, jelajah internet ---entah untuk sekadar buka sosmed, nyari lagu-lagu di player online atau iseng ngehabisin paket youtube unlimited, rebahan seharian, tidur siang, nontonin film-film lama koleksi laptop yang kayaknya udah waktunya minta diinstal ulang, makan lagi, dan akhirnya tidur lagi di malam harinya. Begitu terus sampai seminggu ini, walau hari Rabu sampai Jumat kemarin sempat kena piket sih di kantor. Dan itu malah semakin membuat gue menjadi lebih tidak produktif. Ket

Yang Paling Menyakitkan

Kau tahu tidak hal apa yang paling menyakitkan? Saat kekasihmu lebih memilih bersama orang lain? Tidak, bukan itu. Atau saat ibu dan ayahmu sering bertengkar mulut setiap ada kesempatan? Ya itu memang menyakitkan, tapi tidak, bukan itu. Hal yang paling menyakitkan adalah ketika salah satu dari orang terdekatmu berkata, "Nggak apa-apa ya, kamu jalani dua hal itu. Nikmati." Tanpa sedikitpun berniat untuk bertanya terlebih dahulu bagaimana pendapatmu tentang menjalani dua hal dalam satu waktu. Ironisnya, kalimat itu terlontar dari mulut orangtuamu sendiri. Sialnya, mereka sama sekali tidak berniat untuk mendengarkan tentang apa rasanya menjadi dirimu yang sekarang. Menjadi seseorang yang terhimpit oleh ego orang yang paling ingin kau beri bakti adalah bagai disuruh memilih ingin hidup atau mati. Dengan senyum merekah, mereka berjudi di atas pilihan-pilihan dan pencapaian dalam hidupmu. Tanpa memikirkan betapa remuknya menjadi hati yang ingin berbakti, namun kaki ta

L.D.R (Long Distance Relation-shit)

Hubungan seperti apa yang ingin kita bina Jika pada akhirnya harus berakhir seperti hukum Coulomb Seperti saat muatan negatif bertemu muatan positif yang terpaut jarak seribu depa Gaya tarik menarik yang dihasilkan akan semakin melemah, bukan? Dilihat dari sudut mana saja Hubungan ini sakit jiwa Jadi, hubungan macam apa yang ingin kita bina jika raga saja terpisah benua? Dan dengan bodohnya percaya bahwa jiwa bisa setia selamanya Bodoh Jiwa kita sakit Tolol Raga kita ikut terjangkit iritasi kulit Sudah terlalu sering ditumbuhi lumut Alergi kerinduan yang sudah akut Divonis memasuki stadium akhir Sudah semestinya kita patuhi hukum Coulomb itu dengan benar, bukan? Bagaimanapun muatan positif harus bertemu muatan negatif dalam jarak yang nihil Supaya gaya tarik yang dihasilkan semakin menguat Lekat menempel seperti hewan pengerat yang masuk jebak perekat Seperti jari tengah dan jari manis yang selamanya terjebak di antara telunjuk dan kelingking Bahkan bisa jadi s

Dilema Pendidikan di Jaman Now

Bicara soal pendidikan, selalu saja membuat hati saya tergerak untuk mengabadikan pemikiran yang cukup rumit ini ke dalam sebuah tulisan, yang semoga bisa memberi manfaat untuk kita semua nantinya. (Amin) Tak bisa dipungkiri lagi jika sebagai seorang guru atau orangtua ataupun tenaga pendidik sederajat, mau tidak mau harus dihadapkan pada jaman teknologi yang mana anak-anak didik kita juga terlibat di dalam perkembangan milenial tersebut. Dan ironisnya, entah karena pengaruh teknologi/ gadget ataukah karena faktor lingkungan keluarga, teman sepermainan, atau mungkin faktor-faktor pendukung lainnya yang pada akhirnya membentuk karakter anak-anak generasi milenial menjadi bertolak belakang dan tidak seperti generasi sebelumnya. Nah, melalui tulisan ini saya akan mencoba untuk mengupasnya bersama teman-teman sejawat. Kira-kira apa pemicu sebenarnya dari perilaku kids jaman now yang selalu saja membuat resah para pendidik dalam mendidik mereka? Simak hasil diskusi kami, ya. Sebelum i