Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Symphony Tchaikovsky

Dan setelahnya silam tenggelam bersama Symphony Tchaikovsky . Dendam merindu hujan menjemput malang Dia terbujur di pinggir kelam Symphony Gorecki dan  piringan hitam berputar tanpa selang Tetapi Tuhan belum lupa tentang  kemarau; singkong, ubi, bukan kau Tentang salmon, dahlia, koi menjadi naga Begitulah sejatinya kau sebelum pancaroba Kediri, 28 Agustus 2019. 09:20 WIB

Gagal Adalah Yang Lahir Dari Rahim Semesta

Tuhan selalu punya pikat Supaya Hamba mau mendekat Seperti kegagalan yang ditimpakan kepada Tuan " Buy one, get one free? " Tuhan tak suka promosi "Gimana kalau gagal satu, dapat dua?" "Itu karena Hamba yang kurang peka!" Gagal pertama jadi pelajaran Gagal kedua murni pilihan Atau suratan? Membaca sinyal Tuhan tak melulu semudah perintah Iqro Tuhan update status di mana saja "Jaringan-Nya 4G, kok." " Unlimited! Free chat , nelfon 24 jam, bonus sosial media." "Barangkali mau streaming juga? Atau mau yang live saja?" "Semua ada! Kau tinggal minta. Tetapi terwujud atau tidak, cuma Tuhan yang berhak." Mengartikan maksud Tuhan lebih sulit daripada memahami perempuan Lebih sakit daripada ditinggal ke pelaminan Mengartikan morse penggalang jauh lebih gampang "Tinggal baca buku panduan." Tetapi tak ada panduan Soal menempuh kegagalan "Datang tak dijemput, pulang belakanga

Adalah Angsuran Rindu yang Belum Sempat Lunas

Ada yang sibuk membuang waktu ke tempat sampah. Teronggok itu sepatu Adalah kaki; bukti tapak tilas Hingga nantinya tak lagi beralas Mengais di dalamnya bangkai canda dan tawa. Hingga lupa duduk berdua di beranda. Tertangkap bola mata "Kita dulu pernah bahagia..." simpan tanya. Engkau terbata, "Dulu kapan, ya?" Orang-orang dengan hobi baru: membuang kesempatan Hilang ingatan untuk bercakap, bertukar bahasa, bertemu dengan istri, suami, anak-cucu; tetangga sebelah, teman sebangku Bahkan anjing pun tahu bagaimana menyambut tamu di ambang pintu Adalah yang di dalamnya ada rindu. Namun ragu lalu ambigu Menghabiskan waktu dengan memeluk bayangan Hingga yang nyata tak lagi nyata di depan mata Hingga surya tak lagi terlihat oleh mata berbalut kasa. Direkat tak lagi terbuka "Neraka! Pintu surga arah mana?" "Sedang kebakaran di surga. Mari sini! Tak dikunci, masuk saja." Arah mana larinya waktu? setelah sangkakala,

Sarapan apa pagi ini?

Sarapan apa pagi ini? Semangkuk letih Secangkir kopi tanpa air tanpa gula "Bubuk kopi ludes!" bentak Mbok Judes Pengantar susu sedang cuti Langganan roti ke luar negeri "Menempuh studi." Mujur! Nasibnya lagi hoki Ruang makan sepi Buka tudung saji Gurami tinggal duri "Perasaan tak ada kucing." Siapa gerangan itu maling? Sarapan apa jadinya? Ke warung Bu Anya "Pesan jus mangga muda." "Asem! Nggak ada." "Nasi putih saja?" "Bonus kerupuk, ya." Maklum, tanggal tua Kediri, 21 Agustus 2019. 07:52 WIB

Adalah Privasi yang Lelah Menanti Lisensi

Ada yang asyik mengelukan surga Atau bergibah soal neraka Dengan jemawa. Tanpa koma Mulut berbusa. Liur singgah di muka "Tiket ke surga naik harga!" Tahu dari mana? Memang pernah ke sana? "Tingkatkan taqwa!" Taqwa? Tingkatkan tawa! Menuding seseorang pendosa Padahal diri perlu berkaca Rombongan pelempar tanya Berduyun-duyun menjaja kina "Kapan nyusul?" "Kapan wisuda?" "Kapan punya baby ?" "Kapan punya Mercy ?" Mulut selokan! Netizen! Bilang saja kalau nge- fan Minta tanda tangan? Atau jabat tangan? Ada yang tiba-tiba jadi rentenir "Salatmu kurang lima, Amir!" "Kenapa nggak ke gereja, Siska?" Ke wihara. Ke pura Pura-pura taat. Pura-pura taubat Demi mengundang sanjung sahabat Ibadah sudah bukan rahasia Sembahyang kejar tayang Sosial media jadi saksi "Risi, ini privasi!" "Jadi kapan sebar undangan?" Kapan-kapan "Terus nikahnya kapan?" Netizen si

Dia Adalah Abstraksi yang Gagal Untuk Lenyap

Pagi itu kembali dia hidu saraf kranial Jantung tersengal Tercium bualan asap tebal Apak usai bara membakar gengsi Menjadi sebab rasa percaya diri bersin tanpa henti Gatal, hipothalamus terserang flu Amnesia temporer menghantui hippocampus Limbik begitu buas dicumbui amigdala Sampai mampus Dengki menusuk talamus Kasih segitiga memang derita tiada koda Alasan mengapa pineal malas melahirkan melatonin Adalah sebab serupa kala Lobus oksipital sedang bebas tugas Pikiran memar, ungu lebam Tidur malam adalah rangkaian mimpi buruk Mual tiap kali bertemu mata dengan dia Yang mana rupawan pun tidak Dikata buruk rupa pun mengelak Warna kantung mata naik satu level di atas panda Tak jeli melihat beda antara ilusi atau realita Kediri, 15 Agustus 2019. 11:56 wib

Prolog ~ Happy Deathday To You

BRAKK! Pintu dibuka secara paksa. Pantulan debamnya sontak mengalihkan perhatian seluruh tamu undangan. Lengking suara biola yang berpadu dengan denting piano klasik seketika berhenti. Dari balik pintu, muncul satu wajah yang cukup asing. Gadis itu berpegang pada kedua lututnya. Napasnya naik-turun seperti usai lari maraton. Ia terengah mencoba mengatakan sepatah kata namun urung.   Napasnya belum stabil betul. “Cari siapa, Nona?” tanya salah seorang pria dengan tuxedo putih heran atas kemunculannya yang tiba-tiba. Pria itu kebetulan berada di dekat pintu masuk. Tangan kanannya memegang water goblet yang berisi limun. Tersemat lencana dengan motif unik di atas garis saku jas sebelah kiri atas. Phoenix. Entah itu emas asli atau tiruan tetapi warnanya cukup membuat siapapun akan mengira bahwa itu memang emas. “Abadi,” engah gadis itu seraya masih mengatur napas. Keringat mengucur dari pelipisnya. Kaos sian yang ia kenakan di balik kemeja krem kotak-kotak dengan paduan je

Dia Adalah Kontemplasi Abstraksi yang Lahir Untuk Lenyap

Dia yang menyeret aku ke penjara ini Aku terkurung bersamanya, juga bersama kegilaan ini Pikiranku dirantai, Kedua tanganku terikat birokrasi, Ambisinya membatasi gerak kaki, Angan-anganku; entah ingin ke mana mereka berlari, Tak ada jalan keluar dari sini Tidak, sepenggal asa sudah mati Aku telah masuk jurang apati Bersama dia, bersama semua yang fana Kosong mata tengadah Tigapuluh enam purnama berlalu sudah Meninggalkan aroma asap sumpah serapah Mengukir dinding-dinding beton tinggi nan megah Bersama guyuran cat merah darah Seperti baru semalam aku merengek di depan pintu-Mu Memohon supaya restu-Mu menjadikanku hamba yang tahu Bukan membusuk dalam sembilu Apalagi bersama dia, yang juga adalah hamba-Mu Tetapi apa yang dilontarkan lisanku Justru racau seorang pengigau Sia-sia aku membuang rasa malu Dia menyita paksa wawasanku Keahlianku, Piawaiku, Keindahanku, Lantas kemudian Dia tukar dengan dungu Tak ada guna mendekam di ladang benalu Apalagi dia, lagi

Mengulang Masa Lalu

"Bagaimana dengan mengulang sekali lagi masa lalumu?" 'Tuhan memang pandai bergurau', pujiku "Bagaimana bila dia yang dulunya kau benci Kembali mencarimu di masa kini Dengan wajah berbeda?" 'Tuhan, tolong, gurauan ini sama sekali tidak lucu', ratapku "Atau bagaimana bila Aku dekatkan dia sebagai tulang rusukmu?" Apa gerangan, Tuhan? Mengapa? Mohon hentikan gurauan-Mu... "Supaya tak terlalu berlebihan kebencianmu terhadapnya; atau soal rencana penciptaan-Ku."            Dia Adalah 'Dahulu Kala' yang Lahir Untuk Sangkakala Kediri, 4 Agustus 2019. 07:01 wib Dymar Mahafa

Mendadak Ingat

Mendadak ingat, kau habis dihajar penat Rasanya sendi putarmu lepas, urat-uratnya mencelat        Apakah yang kau jual itu jiwamu  Hingga tak lagi kulihat sudut bibirmu terangkat Siapa gerangan yang lancang merampasnya darimu Dia Adalah Keluh yang Berkesah Untuk Pasrah Kediri, 3 Agustus 2019. 21:20 wib Dymar Mahafa

Selingan Episode

Satu lagi soal kisah keran mampat Barangkali hanya numpang sambat Tak punya maksud, apalagi mandat Tidak, tidak, barangkali ini pukat  Iya, iya, silakan bila sempat Mampir saja Demi numpang sambat Biar lega Yang tersumbat Siapapun b ebas pergi Mengejar mimpi Atau tidur lagi Melarikan diri Atau berdiam diri Sapa saja budi Santun, punya permisi Harga diri jadi saksi Buat apa ambil peduli Soal materi Soal integrity Soal loyalty Pola pikirnya toh tidak seksi Sama sekali Bau ode dan cuplikan episode 'Tuhan sedang ingin bergurau?' Sementara dia bak boneka tali Yang bergerak ke sana ke mari Seiring hentak jemari-Nya  Dia Adalah Episode yang Lenyap Dalam Epos Ode Kediri, 2 Agustus 2019. 18:44 wib dymarmahafa

Jangan Habiskan Jatah Gagal

Jangan habiskan jatah gagal ka tak terbersit satu inginpun dalam benak untuk mencapai puncak bahagia; mewujudkan apa yang seharusnya diwujudkan. Anganmu itu biarkan saja berdebu, dipenuhi sarang laba-laba, menunggu waktu hingga perlahan ia redup, lalu mati. Jangan habiskan jatah gagalmu, jangan! Biarkan dirimu malas meraup kesempatan yang ada. Jauhkan saja tanganmu dari peluang-peluang yang barangkali bisa menuntunmu selangkah lebih dekat menuju impian itu. Tetapi kau tidak mengambilnya dan malah berdiam diri, menyendiri, mengurung diri, mengendapkan pikiran, bermuram durja, tak berfungsi. Tak ubahnya sampah mewah yang sengaja diawetkan di satu sudut ruangan. Tak berguna, walau sayang kalau dibuang. Andai kata dibuang pun siapa sudi menerima? Sudah kuperingatkan: "Jangan habiskan jatah gagalmu, jangan!" Buang-buang saja waktu berharga yang kau punya. Sekali lagi kuperingatkan, jangan. Jangan habiskan jatah gagalmu, jika tak mau sukses lebih cepat. Biarkan s

Jalan Ahmad Yani

Lamun duduk menyisih dari hiruk pikuk Jalanan kota, kaki lampu jalan Ahmad Yani perlahan redup Hilir mudik desau kerumunan para pemimpi Yang merambat laksana X-ray Menembus bibir-bibir jalan yang kian pudar Tumpah ditelan kelambu pekat kemerahan Seperti warna air teh pada seduhan terakhir    Sorot cahaya neon melubangi sisi jalan   Biasnya mengeja keganjilan    Senja itu angin tak kunjung hadir Ia memilih bercumbu bersama fajar esok hari; membuat malam cemburu  Tak lagi acuh akan malam berkawan sepi Tak lagi peduli akan kosong yang menusuk urat nadi Kediri, 3 Agustus 2019. 06:07 wib. dymarmahafa