Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

English Proverbs: You Are What You Eat

Pernah mendengar peribahasa dalam bahasa Inggris, "You are what you eat."? Anthelme Brillat-Savarin pada tahun 1826 mengatakan, "Katakan padaku apa yang kau makan, dan aku akan memberitahumu soal: apa sih kamu ini." ( Tell me what you eat, and I will tell you what you are.) Ludwig Andreas Feuerbach dalam sebuah esai mengatakan, "Manusia adalah apa yang dia makan." (Man is what he eats.) Kedua pandangan di atas menarik satu benang merah yang sama yaitu memang secara harfiah tentang makanan yang masuk ke dalam tubuh akan berpengaruh pada pola pikir serta kesehatan jasmani seseorang. Kemudian makna peribahasa tadi bergeser sedikit ke arah yang lebih kepada anjuran diet. Pakar gizi Victor Lindlahr pada tahun 1920-an mengatakan, "Sembilan puluh persen penyakit adalah karena makanan yang tidak sehat. You are what you eat." Lindlahr percaya bahwa diet adalah cara terbaik untuk mengurangi risiko terserang penyakit yang disebabkan oleh mak

Genangan Air Selepas Hujan Lebat Siang Itu

Srash! Satu ember air keruh bekas cuci pakaian —atau malah bekas cuci mobil— dimuntahkan begitu saja ke jalanan aspal perkampungan melalui pagar besi bercat putih rumah sederhana yang dilengkapi dengan garasi mobil. Pelakunya adalah seorang remaja laki-laki yang kira-kira saat itu berstatus sebagai siswa Sekolah Menengah Atas. Separuh tubuhku basah kuyup dari ujung kerudung hingga ujung alas kaki. Aku benci jika sandal jepit yang kukenakan terkena sedikit percikan air, apalagi ini muntahan air dari ember yang notabene air keruh. Kaki yang tidak kering rasanya benar-benar tidak nyaman. Seperti suasana hatiku saat itu yang seketika berubah keruh akibat diguyur seember air limbah cucian. Aku sudah lupa seperti apa aroma airnya. Seingatku waktu itu aku tengah berjalan dengan damai —karena ban sepedaku kempis dan ayah gagal memompanya— menuju musala yang terletak di ujung gang. Seketika kuurungkan niatku sore itu untuk berangkat mengaji. Sebagai gantinya, dengan kondisi busana

Ruang Candu

Menanti bukan termangu    Pun ketika jeri dibakar cemburu Menghindar bukan solusi Menjauh adalah masa transisi Hingga kanal meliuk di sisi wajahmu Jika kuarsa tergores abu-abu Biarkan karsa menjelma debu Jika hati tak kuasa memilih Biarkan ia dipilih Bila sudah kepalang letih      Biarkan logika mengurai dalih Bila rindu bertepuk sebelah hati    Biarkan api membasuh urat nadi Kediri, 10 April 2019 Dymar Mahafa

Hidup Mau Dibawa Ke Mana?

Bingung hidup mau dibawa ke mana? Coba tanya ke diri sendiri: 1. Apa yang bakal paling kamu sesali kalo hidupmu berakhir hari ini? Belum bisa membalas jasa-jasa orangtua, belum bisa mengembalikan bakti ke mereka. Paling sedih lagi belum bisa liat mereka hidup harmonis, karena selalu diwarnai sama konflik yang nggak berkesudahan. Jujur gue capek liatnya. Tapi ya mau gimana? It’s my life tho. And God gave me this kind of blessings in a different bend and I don’t want to waste my time just to complain all the blessings He gave to me. 2.  Seandainya orang-orang nggak bakal nge- judge dan berkomentar, apa yang bakal kamu lakukan secara berbeda? Pengen tinggal di deket pantai, walau gue paham itu sangat beresiko banget. Pengen menghabiskan sisa hidup di sana, dengan menikmati ketenangan dan suasana yang damai setiap harinya. Mungkin nggak kalau tinggal sendirian. Karena gue benci sendirian tapi ironisnya nggak suka diganggu sama orang lain. Nggak perlu banyak orang sih, g