Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Cara Mengatasi Sindrom Writer’s Block Versi Dymar Mahafa

Apa yang terjadi jika tiba-tiba berdiri dengan megahnya tembok tinggi yang menghalangi langkah kita ke depan? Tembok tinggi itu bernama jalan buntu. Dalam hal ini adalah sesuatu yang menghambat seorang penulis untuk memulai tulisannya. Ide? Kemana perginya ide itu ketika sangat dibutuhkan? Ironisnya, ide hanya akan datang saat kita tidak mengharapkannya. Dan pergi menjauh saat kita benar-benar mengidamkannya. Seperti cinta. (Atau Avatar, ya? Ah entahlah.) Satu hal yang pasti. Semua penulis, baik itu yang sudah lama kondang, setengah kondang, akan tenar, atau masih berwujud daun muda, semua pasti tidak mampu berkutik ketika dihadapkan pada jalan buntu. Yang oleh para pakar bidang kepenulisan menyebutnya dengan istilah Writer’s Block. Apa itu Writer’s Block? Writer’s Block atau WB adalah suatu keadaan dimana tiba-tiba dan seketika semua ide dalam kepala serasa mati, muksa , musnah entah kemana. Dan kita tidak bisa mengatasinya dengan sigap. Bengong. Dan membuat ayam teta

Kenihilanku

Ketika aku terdiam. Renungan mengikat memori ingatanku. Dan untuk kesekian kalinya aku bertanya pada pantulan diriku yang lain. Siapa aku? Ketika aku bungkam. Entah tak tahu arah. Tak tahu jalan pulang. Dan untuk kesekian kalinya aku berkata pada percik air yang tengah menyandera bayang-bayangku. Apakah aku ini? Ketika aku terbangun dari mimpi burukku di malam hari. Tak satupun memori hitam itu sudi pergi dari alam bawah sadarku. Dan saat semua orang menguliti kekuranganku dan menikamku dari belakang, untuk kesekian kalinya aku mengadu kepada angin. Untuk apa aku di sini? Saat semua nampak abu-abu. Berdiri di antara garis hitam dan putih. Menggelar permadani berbalut luka. Mengukir pahat patung bernama manusia. Untuk kesekian kalinya aku meneriaki matahari tenggelam. Kenapa tak kau ajak aku tenggelam bersamamu? Jangan tinggalkan aku mematung di sini! Saat aku memohon. Permohonanku bagai debu tak berarti. Yang hanya akan dipandang tak penting. Tak punya harapan, bahkan setitik k

Kunci Aku!

Gambar
"Kunci aku!" Pekikan tertahan itu berasal dari Fa. Begitulah ia biasa disapa. Hanya sesingkat itu. Fa. Suara gadis itu terdengar parau. Entahlah, tak biasanya ia memproduksi warna suara yang demikian. Mungkin efek dari panik. Atau karena flu-nya pagi ini. Frekuensi suara Fa memang tidak pernah naik melebihi gelombang infrasonik. Bahkan saat panik sekalipun. Tak heran, hanya telinga-telinga yang peka saja yang bisa mendengar suara kalemnya itu. Dan kebetulan telinga Kei sedang peka siang ini. Kei tahu. Fa bukan tengah membaca judul puisi. Atau mendeklamasikan isi hatinya. Atau memerintah. Tidak. Bukan itu. Kei tahu. Namun ia diam saja. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia tidak mendengar suara Fa. Namun malaikat Atid mendengar sumpah palsu Kei. Malaikat Atid merekam menggunakan smartphone canggih pemberian Tuhan. Dehaman, jeda, titik, koma, semua terekam abadi disana. Kei melirik kantong celana sebelah kiri, kemudian merabanya. Maaf Fa, aku terpaksa mengambil ini... Ke