Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

You are Real - 18

Satu kebetulan lagi yang kembali menamparku hari itu. Hari Senin. Di bulan April yang cerah, musim hujan labil dan Ujian Sekolah anak-anak kelas 9. Aku kembali ditampar oleh satu perkataan dari rekan guru di sekolah ini. Beliau dulu merupakan guru yang mengajar mapel kesenian sewaktu aku masih bersekolah di sini. Satu pembicaraan yang berhasil membuatku tersipu. Tentang siapa lagi? Real, tentu saja. Pagi itu Ujian Sekolah Berbasis Komputer sesi pertama tengah berlangsung. Aku duduk diam menunggui komputer server di sudut kanan bagian depan ruangan. Bu Yanu selaku pengawas hari itu, menghampiriku. "Mbak, panjenengan punya daftar nama anak-anak kelas 7?" tanya beliau seraya duduk di sebelahku. "Nggih, ada, Bu. Di komputer perpus." "Nanti saya ng- copy ya." "Oh, nggih. Monggo." jawabku seraya mengulum senyum. "Mbak, nanti saya minta nilai anak-anak yang ujian kemaren. Yang seni budaya. Ada ya, Mbak, di komputer sini?" ta

You are REAL - 17

"Oke, ini gimana enaknya, cetak atau nggak fotonya?" suara Real menengahi diskusi kami yang kedua bersama anak-anak OSIS. Hari H acara ulang tahun sekolah yang ke-56, telah tiba. Lomba fotografi pun baru saja selesai siang ini. Kami berempat kembali berkumpul di sini, perpustakaan. "Kira-kira dari OSIS ada dana berapa?" tanya Real, setelah beberapa saat tak ada tanggapan. Vani dan Jeva hanya saling pandang kemudian tersenyum. Yang artinya kas-OSIS-lagi-kosong-Pak. "Nggak ada, Pak. Anak-anak susah sekali kalo ditarik uang kas. Banyak yang nunggak juga. Kalo Pak Real yang bayarin juga nggak apa-apa lho, Pak. Dengan senang hati kami terima." kilah Vani, yang kemudian diamini Jeva. "Gimana, Bu Dara? Ada masukan?" todong Real. Lagi? Aduh, please Real... don't do that again. 😧 "Kalo menurut saya, sebaiknya di cetak saja. Karena sebagai penghargaan atas jerih payah teman-teman kalian. Mereka sudah capek-capek memotret, rela pana

You are REAL - 16

Sederet kisah tentang Real. Kisah manis, romantis, menyenangkan hingga menjengkelkan telah banyak mewarnai hari-hariku. Aku? Siapa aku? Darra Diamoniq. Nama yang unik, bukan? Aku harus berterima kasih kepada ayahku atas pemberian nama yang unik itu, sehingga selama dua puluh empat tahun ini beban akibat nama itu harus secara ikhlas ku tanggung. Rasa capek lahir batin sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku. Betapa tidak? Karena setiap kali aku menyebut nama panjangku, aku juga harus sekaligus mengeja setiap hurufnya agar orang-orang tidak salah menuliskannya. Pernah suatu ketika, ada satu kejadian yang benar-benar membuatku nyaris gila . Nama unik itu tertulis keliru di sana, di salah satu sertifikat penting yang berhubungan dengan keahlian Bahasa Inggris milikku. Waktu itu penulisannya kurang satu huruf 'R' pada nama 'Darra' yang seharusnya huruf 'R'-nya tertulis dua. Huruf 'Q' di belakang nama, tertulis 'K' di sana. Padahal aku merasa

You are REAL - 15

Ini terjadi tepat setelah rentetan kebetulan sebelumnya sukses menghantui tidur malamku. Jam istirahat siang itu, dia ke ruang perpustakaan. Siapa lagi? Real. Ia menemui Bu Ratri untuk keperluan pembagian insentif KTS (Kegiatan Tengah Semester). "Mas Real, tanda tangan di sini. Rangkap dua." Bu Ratri menyodorkan lembaran kertas SPJ. "Makasih, Mbak." kata Real begitu usai membubuhkan tanda tangannya. Amplop putih itu ia jejalkan di saku celana sebelah kanan. Setelahnya, seperti biasa, ia bertandang ke belakang. Menumpang ke toilet perpustakaan. Kulirik sesekali gerak langkah dan gelagatnya. Dari arah manapun, pesona dan kharismanya tetap kuat menjerat. Aku tersipu sesaat. Namun aku segera menyibukkan diri dengan kartu-kartu perpus yang belum selesai aku rekat. Aku tidak ingin tertangkap basah sedang memandanginya. Entah apa jadinya jika suatu saat ia menyadari bahwa aku selalu memperhatikannya. Dari jarak yang tidak terlihat. Dari jarak yang tidak terja