Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Dia Dan Alegori

Pagi kembali mengundang mimpi ke laut. Sebelum matahari pertama dan buku jemari sempat menghangat Yang di dalamnya ada ruangan kosong semacam tabung kaca segi lima Tempat dia dan alegori tukar belati Saling menusukkan dengki ke arteri Sementara dendam gelar ironi Dikirimkan pasukan ombak dan taifun     Semua yang bicara adalah pembohong Omong kosong apalagi yang dikata mulut kepada hati. Mengiris lembaran kemarin Yang coba lari dari sembrani. Laut, bagaimana mimpi bisa melambung, bila kepala tak lagi mendengar sabda nurani? Ada yg layu dari garis tawa Yang dilekatkan di paras lupa dalam gulungan kitab ulama Kepada tuna wisma - dia berdoa Tunjuki kami tempat bernaung Sebelum habis masa berkabung Hingga puing mendirikan istana Tanpa sidik jari Kediri, 20 September 2019. 13:22 WIB

Pagi Masih Datang Bersama Mimpi

Pagi masih datang bersama mimpi Yang meninggalkan bekas genangan Kepada sesal yang sekarang dingin tenggelam dalam kenang Menandai gerimis masih enggan pergi Walau setelahnya menyisakan ampas kopi Tak ubahnya debu sisa kremasi Tentang puluhan rembulan dan mimpi buruk Di antara keheningan dan remang Satu-satunya lilin di sudut ruang perlahan lebur. Menandai remuk bayangnya menuntut. Berkacak pinggang Jamais Vu , maukah pagi kehilangan ingatan? Mimpi berharap tak lagi muncul Deja Vu Supaya bunga Desember lekas layu Dan rembulan menemukan tambatan Kediri, 15 September 2019. 06:35 WIB

Sebentuk Abstraksi Telah Muspra

Kamu tahu tidak, kala garpu tala beradu. Getaran nging masuk telinga Bersama limapuluh satu lebah madu. Sedang pesta sabu Ketika pola pikir yang kusut, bersungut. Menggerutu Gelombang ultrasonik menembus sekat kelambu. Dua lisan beradu. Saling mengumpat soal badai dua puluh tujuh tahun yang lalu “Aku menyesal menikah denganmu!” Terdengar debam pintu. Lalu “Buat apa melahirkanku?” Takdir duduk bersama pilihan Karena dalang semesta adalah Tuhan Lahir, hidup, mati, perjodohan sudah di tangan. Blue print rencana Tuhan telah digariskan. Tak ada ganggu gugat Mereka pikir bisa berkata, “Tuhan salah alamat, jodohku bukan dia!” Sesal mengumpat Tidak, pikiran sudah buta akan janji wali dalam bakti. Kurang sabaran Pernikahan bukan mainan, Tuan Yang bisa dibeli lalu dilupakan Dibuang seperti kulit kacang Lalu yang baru, datang “Cinta, dari hati tak lekang.” Persetan! Pernikahan macam apa yang ingin dua insan bina? Di atas angin ding

Selamat Petang Kepada Gerimis Dini Hari

Ucapkan selamat petang kepada gerimis dini hari Selamat petang semoga tetes yang jatuh bukan lagi  air mata Bukan pula duka lara Yang tegar bukan kepala yang tengadah menantang rintik. Demi tuai polah pongah Bukan pula mulut mendaras doa Saat kaki dan tangan kehilangan makna Ucapkan selamat jalan kepada mendung Selamat jalan semoga kelabu tak lagi rundung hangat mentari Februari Yang tersenyum kepada sisa amuk badai kemarin lusa Di musim tanpa nama Kediri, 14 September 2019. 22:28 WIB

Berbagi Cerita Tentang Hari-hari; alias Curhat

Di antara dera rutinitas terkadang ada saat di mana diri sendiri butuh teman berbagi cerita tentang hari ini, atau hari kemarin. Curhat. Tapi tahu nggak, seringkali kita lupa kalau orang lain juga punya kebutuhan yang sama; curhat. Membagikan cerita, kabar baik sampai kabar buruk, semua orang butuh orang lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut.  Ketika curhat, kita berharap orang lain juga merasakan apa yang sudah kita alami, rasakan, dan jalani. Tetapi sadar nggak kalau cerita yang kita bagikan tadi punya potensi yang cukup besar untuk membebani pikiran serta perasaan lawan bicara? Membebani dalam artian: tiap individu punya masalah, ketika seseorang merasa buntu mencari solusi, dia pasti ingin sekali curhat, bukan? Membagikan masa-masa sulitnya kepada teman-teman dekat dan keluarga, berharap beban dalam batinnya bisa sedikit berkurang setelah dilepaskan melalui curhat. Tapi tahukah apa yang terjadi pada batin lawan bicara? Beban batin mereka justru

Adalah Sabda Dini Hari Untuk Mimpi Semalam

Dia rindu mengeja gelap dan terang Apakah dari keduanya mengundang persamaan Ataukah timbul gumpal-gumpal perasaan                  ;setelah atau sebelum                  ;awalnya maupun akhirnya Yang saling terhubung lantas tak mampu diurai dengan benar Ada baiknya lupakan dulu soal salah dan benar                                       ;hitam dan putih Karena gelap dan terang hakikatnya bersisihan Walau kerap selisih paham bersitahan Serupa senja kepada fajar, kemilau hujan dan pagi buta, atau pergulatan dalam kepalanya yang bersikukuh melawan  sabda semesta                                          ;Tuhannya Walau setelahnya pagi mengisyaratkan s ekantung embun untuk jendela Ketika jemari melukis jejak di atasnya Bersamaan dengan surya mengintai dari ufuk Perlawanan batin itu barangkali tak cukup Mengeja kembali apa yang hilang        dari keduanya; gelap dan terang Kediri, 14 September 2019. 05:53 WIB

Angin Terakhir Setelah Pancaroba

Langit mengirim semilir angin terakhir Yang barangkali membawa porak-poranda Yang barangkali menggores luka pada muka Tetapi kawanan burung tak sudi tersesat Oleh karena angin tak lagi sempat menuntun jalan menuju pulang Kepak sayap itu melahirkan angin baru Kediri, 13 September 2019. 19:00 WIB.

Tanpa Judul [1]

Kegagalan itu soal biasa Kembali belajar dari awal Menyerah itu musababnya Maka menjadi sesal "Mau belajar dari mana?" Kediri, 06 September 2019. 23:02 WIB

Pegiat Ghibah

Begitu tekun menggunjing nyawa sesama Buntalan keluh dilempar  tanpa koma Tak ada lidah yang bertulang Sebab tulang tak suka bicara "Musnahkan saja bahasa!" Demi apa ketika  saliva gigih pi ntal angkara Dengan jarum tanpa benang Telinga pekak menyimak Rasanya gatal bukan kepalang Makin digaruk makin meradang Andaikata hati berbahan elastis Tak akan ada retak karena ulah apatis yang abai akan empati namun elukan rinai agamais Mendengar lantunan ayat m endesir menyayat Denging gelombang seruan bah! Dibaur lengking  biola tuna wicara Yang dawainya diganti tali                 ;busur panah Siap bidik pegiat ghibah Apa urusannya soal kotak dalam kotak                          dan   gantung tanya,                          dan privasi,                          dan opsi,                          oposisi,                          hak asasi Esensi seratus persen bohong Umuk, omong kosong! "Bungsunya pengusaha, apa daya sulungnya gila." "