Internet
Apa yang sedang dipikirkan kepala
Hingga mata masih saja terjaga
Kedua telinga dijejali alat pengeras suara
Jemari sibuk menjelajahi dunia maya
Tiap detik, tiap menit, tiap hari tak ada habisnya
Mata pedas pun sudah dianggap biasa
Dunia nyata seolah hanya sebuah simbol kecanggungan
Bagaimana tidak, jika manusianya lebih suka berkelakar di dunia dalam genggaman
Semua orang bebas melontarkan pendapat melalui kolom-kolom picisan
Membuat geger seluruh negeri hanya karena ulah dua ibu jari
Yang sering kali berakhir di dalam bui
Hanya karena komentar kurang budi
Jaringan satelit dengan pemancar yang mampu menjangkau seluruh penjuru belahan benua, sudah serupa langganan koran harian
Anak-anak jaman ini lebih memilih tak makan daripada tak bisa instagram-an
Kebutuhan kuota seolah membenarkan prinsip ekonomi terapan
Semakin banyak permintaan, semakin mudah didapatkan
Bahkan ponsel pintar kini kian menjamur
Belum puas dengan fasilitas, sudah muncul yang paling baru lagi dengan tambahan fitur
Pendidikan budi pekerti kian luntur
Karena anak-anak bau kencur, sudah sangat sulit diatur
Pemikiran generasi milenial sudah semakin hancur
Akibat terlalu seringnya menyaksikan konten dewasa yang cukup menghibur
Miris, batinku teriris
Melihat anak-anak itu kerap merajuk dan menangis
Karena belum seminggu kuotanya sudah habis
Mau bagaimana lagi jika generasi abad 21 hanya peduli tentang wi-fi gratis
Begadang di depan gawai hingga lupa baca tulis
Pekerjaan rumah pun tak digubris
Remaja dan orang-orang tua pun sama
Suasana khidmat seketika jika sudah tenggelam menekuni dunia maya
Lupa mandi, lupa segalanya
Lupa sanak, lupa saudara
Sudahlah, tidur sana!
Abaikan pemberitahuan pop up dari pesan whatsapp
***
Kediri, 22 September 2018. 00:01 WIB.
Oleh: Dymar Mahafa
Hingga mata masih saja terjaga
Kedua telinga dijejali alat pengeras suara
Jemari sibuk menjelajahi dunia maya
Tiap detik, tiap menit, tiap hari tak ada habisnya
Mata pedas pun sudah dianggap biasa
Dunia nyata seolah hanya sebuah simbol kecanggungan
Bagaimana tidak, jika manusianya lebih suka berkelakar di dunia dalam genggaman
Semua orang bebas melontarkan pendapat melalui kolom-kolom picisan
Membuat geger seluruh negeri hanya karena ulah dua ibu jari
Yang sering kali berakhir di dalam bui
Hanya karena komentar kurang budi
Jaringan satelit dengan pemancar yang mampu menjangkau seluruh penjuru belahan benua, sudah serupa langganan koran harian
Anak-anak jaman ini lebih memilih tak makan daripada tak bisa instagram-an
Kebutuhan kuota seolah membenarkan prinsip ekonomi terapan
Semakin banyak permintaan, semakin mudah didapatkan
Bahkan ponsel pintar kini kian menjamur
Belum puas dengan fasilitas, sudah muncul yang paling baru lagi dengan tambahan fitur
Pendidikan budi pekerti kian luntur
Karena anak-anak bau kencur, sudah sangat sulit diatur
Pemikiran generasi milenial sudah semakin hancur
Akibat terlalu seringnya menyaksikan konten dewasa yang cukup menghibur
Miris, batinku teriris
Melihat anak-anak itu kerap merajuk dan menangis
Karena belum seminggu kuotanya sudah habis
Mau bagaimana lagi jika generasi abad 21 hanya peduli tentang wi-fi gratis
Begadang di depan gawai hingga lupa baca tulis
Pekerjaan rumah pun tak digubris
Remaja dan orang-orang tua pun sama
Suasana khidmat seketika jika sudah tenggelam menekuni dunia maya
Lupa mandi, lupa segalanya
Lupa sanak, lupa saudara
Sudahlah, tidur sana!
Abaikan pemberitahuan pop up dari pesan whatsapp
***
Kediri, 22 September 2018. 00:01 WIB.
Oleh: Dymar Mahafa
Internet oh internet, kau menginspirasikan Mbak Dymar buat bikin tulisan ini. Hohoho...
BalasHapus🤣 makasih mas Wakhid...
Hapusinternet dan kouta merupakan salah satu kebutuhan pokok yang masuk di era 20 an.
BalasHapusnikmati dan sesuaikan dengan kebutuhan, jangan berlebihan dengan internet kalau nggak mau insomnia . heehhehe
Tepat sekali. 👍
Hapus