You are REAL - 2
"Mbak?"
Suara seseorang mengusik tidurku. Perlahan ku buka mataku. Dengan sangat berat hati.
"Mbak Dara?"
Lagi-lagi suara itu memanggil. Sosok itu seketika membuat nyawaku kembali terkumpul. Dia?
Real ada di depanku sekarang. Apa ini mimpi? Coba aku cek sebentar. Ku cubit paha kananku. Ah, benar saja. Tidak sakit. Berarti ini cuma mimpi.
"Mbak Dara?"
Suara itu kembali memanggil. Namun seiring dengan kesadaranku yang berangsur pulih, suara itu berubah menjadi suara wanita. Aku harus bangun. Aneh rasanya melihat Real bersuara perempuan di dalam mimpi.
"Oh, Bu Indah?" reflekku.
"Ngantuk ya Mbak?" Bu Indah tersenyum.
Aku pun hanya balas tersenyum kecil.
"Mbak Dara tadi saya WA lho, sudah dibuka?"
"Oh, maaf Bu, saya ndak tahu. Belum buka HP." ku korek-korek isi tasku.
"Oh, ya sudah. Ndak apa-apa. Ini tadi saya lupa kalo Mbak Dara jaga Try-out CBT."
Aku tersenyum.
"Ada perlu apa Bu?" tanyaku ramah.
"Oh, nggak. Ini, kalo misal Mbak Dara tadi free, saya pengen minta tolong diajari animasinya Power Point."
Aku hanya diam menyimak, sesekali manggut.
"Nah, ternyata masih jaga CBT. Ya sudah kapan-kapan saja."
"Oh, iya Bu, silahkan saja."
"Kalo besok ada longgar jam berapa, Mbak?"
"Besok sesi kedua saya longgar Bu. Sekitar jam 9. Karena jam pertama masih jaga."
"Oh, gitu. Berarti ini terus ya, sampai jumat besok itu."
Aku mengiyakan.
"Ya sudah kalo gitu nunggu longgarnya aja saya. Makasih banyak ya, Mbak Dara."
Lalu, Bu Indah pun berlalu.
Aku tercenung beberapa saat. Kenapa aku bisa bermimpi tentang dia di siang bolong begini? Argh! Ada apa dengan otakku? Aku masih waras, kan?
Real. Namamu berarti nyata, tapi kenapa aku selalu hanya bisa menjumpaimu di dunia tak nyata. Dunia mimpi dan khayalku semata.
***
Keesokan harinya, aku kembali pada server ruang empat ujian try-out CBT. Pagi ini serasa aku menjadi seorang tentara. Mandi, berpakaian dan makan, aku lakukan dalam hitungan detik. Pukul 7 tepat, aku tiba di sekolah. Fiuh, nyaris saja terlambat.
Terdengar bunyi speaker yang mengatakan bahwa pelajaran pertama akan segera dimulai.
Terbirit, aku berlari-lari kecil antara Safa dan Marwah. Err.. bukan. Maksudku, dengan sedikit tergesa aku berjalan cepat menuju tangga lantai dua. Ku panjat satu demi satu anak tangga. Aku tak berani terlalu cepat karena tangga di sebelah sini sangat curam. Tapi, tangga inilah jalan pintas paling cepat untuk sampai ke ruang empat lantai dua.
Tanpa ku sadari, sekelebat sosok mengenakan batik hitam lewat di sisi kiriku. Setelah ku toleh, aku menjerit girang. Dalam hati, maksudku.
REAL!
Aroma wangi yang aku kenali. Parfum Real. Terasa bagai oksigen di otakku. Mengirimkan satu sinyal kuat, yang mengindikasikan bahwa dia ada. Dia nyata. Dan aku berpapasan dengannya pagi ini. Boleh aku berteriak lepas sekarang?
Aku senang. Tanpa aba-aba, senyumku mengembang.
Meski tak ada sapa, tak sepatah kata terucap. Walau hanya kata "hai" saja tak ku dengar darinya. Namun, entah kenapa aku menyukai momen barusan.
Real. Real. Real.
Andai setelah aku panggil namanya tiga kali seperti itu dia bisa tiba-tiba muncul di depanku. Jika itu benar-benar terjadi maka aku akan.. err, aku akan.. hm, akan.. akan langsung.....
Diam.
Membisu.
Pasi.
Beku.
Ah, sudahlah.
Memangnya kalian pikir aku harus mengatakan apa di hadapannya? Berkata aku suka padanya, begitu? Apa kalian gila?
Sudahlah.
Bahkan kalian sendiri pun tak bisa menjawabku.
***
Ditulis Oleh : Dymar Mahafa
#OneDayOnePostBatch2
Suara seseorang mengusik tidurku. Perlahan ku buka mataku. Dengan sangat berat hati.
"Mbak Dara?"
Lagi-lagi suara itu memanggil. Sosok itu seketika membuat nyawaku kembali terkumpul. Dia?
Real ada di depanku sekarang. Apa ini mimpi? Coba aku cek sebentar. Ku cubit paha kananku. Ah, benar saja. Tidak sakit. Berarti ini cuma mimpi.
"Mbak Dara?"
Suara itu kembali memanggil. Namun seiring dengan kesadaranku yang berangsur pulih, suara itu berubah menjadi suara wanita. Aku harus bangun. Aneh rasanya melihat Real bersuara perempuan di dalam mimpi.
"Oh, Bu Indah?" reflekku.
"Ngantuk ya Mbak?" Bu Indah tersenyum.
Aku pun hanya balas tersenyum kecil.
"Mbak Dara tadi saya WA lho, sudah dibuka?"
"Oh, maaf Bu, saya ndak tahu. Belum buka HP." ku korek-korek isi tasku.
"Oh, ya sudah. Ndak apa-apa. Ini tadi saya lupa kalo Mbak Dara jaga Try-out CBT."
Aku tersenyum.
"Ada perlu apa Bu?" tanyaku ramah.
"Oh, nggak. Ini, kalo misal Mbak Dara tadi free, saya pengen minta tolong diajari animasinya Power Point."
Aku hanya diam menyimak, sesekali manggut.
"Nah, ternyata masih jaga CBT. Ya sudah kapan-kapan saja."
"Oh, iya Bu, silahkan saja."
"Kalo besok ada longgar jam berapa, Mbak?"
"Besok sesi kedua saya longgar Bu. Sekitar jam 9. Karena jam pertama masih jaga."
"Oh, gitu. Berarti ini terus ya, sampai jumat besok itu."
Aku mengiyakan.
"Ya sudah kalo gitu nunggu longgarnya aja saya. Makasih banyak ya, Mbak Dara."
Lalu, Bu Indah pun berlalu.
Aku tercenung beberapa saat. Kenapa aku bisa bermimpi tentang dia di siang bolong begini? Argh! Ada apa dengan otakku? Aku masih waras, kan?
Real. Namamu berarti nyata, tapi kenapa aku selalu hanya bisa menjumpaimu di dunia tak nyata. Dunia mimpi dan khayalku semata.
***
Keesokan harinya, aku kembali pada server ruang empat ujian try-out CBT. Pagi ini serasa aku menjadi seorang tentara. Mandi, berpakaian dan makan, aku lakukan dalam hitungan detik. Pukul 7 tepat, aku tiba di sekolah. Fiuh, nyaris saja terlambat.
Terdengar bunyi speaker yang mengatakan bahwa pelajaran pertama akan segera dimulai.
Terbirit, aku berlari-lari kecil antara Safa dan Marwah. Err.. bukan. Maksudku, dengan sedikit tergesa aku berjalan cepat menuju tangga lantai dua. Ku panjat satu demi satu anak tangga. Aku tak berani terlalu cepat karena tangga di sebelah sini sangat curam. Tapi, tangga inilah jalan pintas paling cepat untuk sampai ke ruang empat lantai dua.
Tanpa ku sadari, sekelebat sosok mengenakan batik hitam lewat di sisi kiriku. Setelah ku toleh, aku menjerit girang. Dalam hati, maksudku.
REAL!
Aroma wangi yang aku kenali. Parfum Real. Terasa bagai oksigen di otakku. Mengirimkan satu sinyal kuat, yang mengindikasikan bahwa dia ada. Dia nyata. Dan aku berpapasan dengannya pagi ini. Boleh aku berteriak lepas sekarang?
Aku senang. Tanpa aba-aba, senyumku mengembang.
Meski tak ada sapa, tak sepatah kata terucap. Walau hanya kata "hai" saja tak ku dengar darinya. Namun, entah kenapa aku menyukai momen barusan.
Real. Real. Real.
Andai setelah aku panggil namanya tiga kali seperti itu dia bisa tiba-tiba muncul di depanku. Jika itu benar-benar terjadi maka aku akan.. err, aku akan.. hm, akan.. akan langsung.....
Diam.
Membisu.
Pasi.
Beku.
Ah, sudahlah.
Memangnya kalian pikir aku harus mengatakan apa di hadapannya? Berkata aku suka padanya, begitu? Apa kalian gila?
Sudahlah.
Bahkan kalian sendiri pun tak bisa menjawabku.
***
Ditulis Oleh : Dymar Mahafa
#OneDayOnePostBatch2
You are real
BalasHapusyes, indeed. i'm real. 😊
BalasHapusmakasih kakak Wiwid sudah berkenan mampir baca... *big hug* 😃😉