Film Horor

Suatu sore, adik perempuanku bercerita bahwa teman-temannya sepulang sekolah tadi berencana akan menonton film terbaru di bioskop Kediri. Judul filmnya adalah the Ring.

Aku hanya menanggapinya dengan gumaman tak jelas. Cuek-cuek saja.

"Mbak, hari minggu nonton yuk. Aku pengen nonton the Ring. Katanya itu bukan film Jepang kok."

"Hm, trus film dari mana?" kataku asal.

"Gak tau." jawabnya sembari kembali menjabarkan tentang film-film horor yang tengah marak menjadi buah bibir teman-teman satu kelasnya. Dasar bocah SMP, masih mudah sekali terkena pengaruh. Sindrom ikut-ikutan kerap kali menjangkiti otak mereka.

"Minggu mahal." kataku kemudian menjawab ajakannya.

"Trus kapan? Oh iya, minggu jadi ya ke Korean Food." ulangnya. Itu adalah kalimat ajakan yang ke seribu sembilan ratus yang ia lontarkan sejak tiga hari yang lalu. Dan membuat telingaku seakan berdenging protes.

Aku diam. Tak menggubrisnya. Karena saat itu aku tengah berkonsentrasi, dan tak ingin ku bagi pikiranku, jika sedang menonton drama Korea.

"Jadi ya Mbak? Deal?" ulangnya yang ke seribu sembilan ratus satu. Aku tetap diam. Fokus pada laptop di depanku.

"Mbak?!" tegurnya kesal. Ia mulai menggangguku dengan menggeser-geser kursi yang tengah aku duduki.

Masihku membisu.

"Ish, kacang!" akhirnya kata khasnya keluar juga. Sebagai bentuk protesnya karena tidak dipedulikan. Alias dikacangin.

"Hm." gumamku antara setuju dan tidak.

"Trus hari Jumatnya nonton." ia masih belum menyerah untuk memaksakan ajakannya.

"Nggak di minggu-minggu ini. Masih belum ada film bagus. Ntar Mbak ajak kamu nonton, kalo Beauty and the Beast udah naik." kataku dengan cuek, mataku tetap tertuju pada Jung Yong Hwa, pemeran utama drama Korea yang tengah aku tonton di layar laptopku.

"Ah, tapi kapan? Kalo masih lama, mending aku nonton sendiri aja bareng temen-temen. Nonton the Ring." ujarnya kesal, kemudian bergulung liar menggauli tempat tidurku yang sudah awut-awutan tak jelas bentuknya.

Tak ku jawab celotehannya.

"Ah, Mbak nih apaan? Belum pernah sama sekali ke bioskop. Masih mending juga aku. Huu..." ejeknya dengan nada songongnya yang biasa.

Seketika otakku merespon. Aku selalu kesal hanya karena nada bicara anak itu yang memang seringkali suka merendahkan orang. Meski niatnya hanya bercanda.

"Kamu boleh nonton horor, kalo kamu udah berani pipis sendiri. Kamu pipis aja masih minta anterin Mbak aja, kok gaya banget mau nonton horor." balasku dengan ketus, namun tetap dengan ekspresi flat. Datar.

"Sana, mending kamu nonton wajahmu aja, kan udah horor tuh. Lebih horor dari the Ring." tohokku dengan nada kalem.

Detik berikutnya guling sudah mendarat di bahu kananku berulang kali, bagai alu melumat beras padi.

***

Ditulis Oleh: Dymar Mahafa
#OneDayOnePostBatch2
#Maret2017

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lara dan Alam Lain

What Do You Think About English Subject At School?

Dia Dan Alegori