Rumah Perca

Membangun sebuah rumah dari potongan perca
Yang dinding-dindingnya disusun dari bata kesabaran
Yang dipintal dengan semen kehangatan
Yang atapnya didirikan dengan kasih dan canda tawa
Yang pintunya selalu terbuka untuk kau pulang
Yang jendelanya bisa memberimu udara kebebasan

Walau hanya potongan perca
Kau tidak malu karenanya
Dan ia pun tak pernah mempertanyakan mengapa
Dengan segala kemurahan hati ia menerimamu dengan tangan terbuka

Jalan di depannya asri
Pucuk merah mekar di sudut beranda
Satu dua nyiur berjajar di samping kiri dan kanan
Bahkan kau bisa mengintip langit serta laut lepas yang sedang bercinta
Matahari terbit pun matahari senja

Tak kan dibiarkannya kulitmu dibakar Sang Surya

Tak kan tinggal diam dirinya kala hujan mencoba menyakiti tubuhmu
Ia tak gentar kala guntur mengamuk
Tak dibiarkannya angin mempermainkan rambut legammu
Ia selalu setia, melindungimu tanpa jeda, tanpa aba-aba

Kau sering duduk-duduk di berandanya
Sesekali bersenandung lagu masa muda
Melayangkan lamun nostalgia
Yang seringkali membuatmu tertawa hingga keluar air mata
Namun tak mengapa
Ia selalu ada sebagai pendengar setia

Seringkali kau tenggelam dalam haru
Saat ia menceritakan perjalanan gilanya padamu
Walau kau tak pernah bertanya dari mana potongan-potongan perca itu
Karena baginya tiap perca mengandung cerita
Kenangan yang tak ada habis-habisnya

Rumah perca
Tempat kembali, tempatmu bebas berkata
Aku pulang


Kediri, 14 Maret 2018. 04:57
Oleh: Dymar Mahafa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lara dan Alam Lain

What Do You Think About English Subject At School?

Dia Dan Alegori