Manusia Besi
Kadang napas ini memberat
Mencengkeram, tercekik, tercekat
Ini hidup atau kiamat?
Bertarung melawan kegilaan dan dilema
Menimbang dua perkara yang selalu saja berujung drama
Tak pernah adil menentukan sikap
Tak pernah kukuh dalam tutur kata
Pagi nasi, siang jadi bubur
Kemarau ironi berkepanjangan, kering kerontang
Musim dingin praktis tak kunjung habis
Alat tukar bernilai nominal
Telah menjadi obsesi buta orang gila
Gila kuasa, gila segala-galanya
Etika moral tak punya tempat
Ia tersisih, terasing di tengah keserakahan visi misi dan ambisi
Tak ubahnya abu sisa tirani
Apa fungsi edukasi?
Hanya sebagai citra diri
Ataukah bukti hitam di atas putih
Yang bisa dijual dan dibeli?
Pikiran mereka bebal, buta lagi tuli
Dicuci, dimanipulasi, dikte sana dikte sini
Seperti manusia besi
Yang seolah diperlakukan tanpa rasa manusiawi
Wahai penguasa petak bumi
Seberapa tinggi hatimu ini?
Semena-mena sepak terjangmu pada para pengais harapan semu
Kau beri mereka kalung leher berlapis ragu
Kau beri mereka gaun muskil, tuxedo keganjilan lengkap dengan jerat dasi kupu-kupu
Kau janjikan mereka berderet-deret sumpah buatan
Yang bisa berubah sejalan dengan suasana hati
Sebentar panas, sebentar dingin
Mirip cuaca pancaroba
Selama ini mereka berjalan dengan kaki pincang
Peduli setan, makimu dalam seringaian
Terseok langkah demi langkah, demi impian
Peduli setan, sekali lagi mulutmu lebih senang dibungkam dengan selembar picisan
Mereka bukan besi
Sedang kau bukan pandainya
Mereka punya nurani, punya hati
Cita-cita mereka tinggi
Mereka bukan biri-biri
Yang bisa bebas kau giring ke sana ke mari
Namun benar jika kaulah anjingnya
Asa mereka perlahan kau kuliti
Kau bersikeras mengukirnya dengan belati
Demi kepentingan pribadi
Demi kepentingan visi misi ambisi
Demi kelangsungan decak kagum para petinggi
Baik, biar ku ulangi sekali lagi
Yang pasti mereka punya mimpi
Sedang kau, hanya tahu cara berebut kursi
Kediri, 10 Maret 2018. 00:30
Oleh: Dymar Mahafa
Mencengkeram, tercekik, tercekat
Ini hidup atau kiamat?
Bertarung melawan kegilaan dan dilema
Menimbang dua perkara yang selalu saja berujung drama
Tak pernah adil menentukan sikap
Tak pernah kukuh dalam tutur kata
Pagi nasi, siang jadi bubur
Kemarau ironi berkepanjangan, kering kerontang
Musim dingin praktis tak kunjung habis
Alat tukar bernilai nominal
Telah menjadi obsesi buta orang gila
Gila kuasa, gila segala-galanya
Etika moral tak punya tempat
Ia tersisih, terasing di tengah keserakahan visi misi dan ambisi
Tak ubahnya abu sisa tirani
Apa fungsi edukasi?
Hanya sebagai citra diri
Ataukah bukti hitam di atas putih
Yang bisa dijual dan dibeli?
Pikiran mereka bebal, buta lagi tuli
Dicuci, dimanipulasi, dikte sana dikte sini
Seperti manusia besi
Yang seolah diperlakukan tanpa rasa manusiawi
Wahai penguasa petak bumi
Seberapa tinggi hatimu ini?
Semena-mena sepak terjangmu pada para pengais harapan semu
Kau beri mereka kalung leher berlapis ragu
Kau beri mereka gaun muskil, tuxedo keganjilan lengkap dengan jerat dasi kupu-kupu
Kau janjikan mereka berderet-deret sumpah buatan
Yang bisa berubah sejalan dengan suasana hati
Sebentar panas, sebentar dingin
Mirip cuaca pancaroba
Selama ini mereka berjalan dengan kaki pincang
Peduli setan, makimu dalam seringaian
Terseok langkah demi langkah, demi impian
Peduli setan, sekali lagi mulutmu lebih senang dibungkam dengan selembar picisan
Mereka bukan besi
Sedang kau bukan pandainya
Mereka punya nurani, punya hati
Cita-cita mereka tinggi
Mereka bukan biri-biri
Yang bisa bebas kau giring ke sana ke mari
Namun benar jika kaulah anjingnya
Asa mereka perlahan kau kuliti
Kau bersikeras mengukirnya dengan belati
Demi kepentingan pribadi
Demi kepentingan visi misi ambisi
Demi kelangsungan decak kagum para petinggi
Baik, biar ku ulangi sekali lagi
Yang pasti mereka punya mimpi
Sedang kau, hanya tahu cara berebut kursi
Kediri, 10 Maret 2018. 00:30
Oleh: Dymar Mahafa
Komentar
Posting Komentar