The Reason
Alasan
Gabung
One Day One Post batch II
Sugeng injing,
Selamat pagi rekan-rekan ODOP Batch II di seluruh penjuru tanah air. ^_^
Dimana pun
berada, saya harap rekan-rekan sekalian dalam keadaan sehat dan bahagia. Serta
selalu berada dalam lindungan Tuhan. (amin)
Pertama-tama,
saya ingin mengucap rasa syukur yang teramat sangat kepada Tuhan YME atas
berkah dan rahmat-Nya. Karena berkat semua yang Tuhan berikan sampai detik ini,
saya dapat menyelesaikan CerBung (Cerita bersamBung) saya yang pertama, yang
berjudul “Rest In Promise {R.I.P}”.
Kedua, saya
ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada Bang Syaiha yang telah
menciptakan inovasi yang luar biasa sehingga komunitas ini tercipta. Terima
kasih juga untuk rekan-rekan pengelola grup ODOP yang telah mengijinkan saya
bergabung di komunitas menulis yang sudah kelihatan kece dari awal terbentuknya. (serius, ^_^ ODOP kece dari lair)
Kalau saya boleh
jujur, sebenarnya alasan saya bergabung di ODOP adalah untuk satu tujuan. Yaitu
merampungkan penggarapan “R.I.P”. Rest
In Promise adalah CerBung saya yang pertama. Bisa dibilang CerBung ini
adalah ‘anak pertama’ yang saya ‘lahirkan’. Awal penggarapan yakni dimulai pada
pertengahan bulan Januari 2016, tepatnya tanggal 21 Januari. Dan pada akhirnya
berhasil saya rampungkan, tepatnya pada 13 Mei 2016 kemarin. Setelah selesai ‘melahirkan’
CerBung ini, terasa sekali leganya. Plong. Persis seperti ibu-ibu hamil yang baru
saja melahirkan anak pertamanya. Meskipun saya sendiri belum pernah mengalami,
tapi saya tahu betul gimana perasaan itu. Karena bagi penulis pemula (seperti
saya), menyelesaikan 24 chapter dalam waktu kurang lebih 5 bulan bukanlah
perkara yang mudah. Setuju?
Jadi, sebenarnya
sebelum bergabung dengan ODOP, saya sudah mulai mengaplikasikan ‘ilmu-menulis-tiap-hari’
pada diri saya sendiri. Dari situ, niat untuk menulis semakin menggebu. Energi
itu saya lampiaskan melalui banyak event, seperti mengikuti beberapa event dan lomba menulis CerPen (Cerita
Pendek) serta CeTerpen (Cerita Terpendek) yang banyak bertebaran di dunia cyber. Tapi sayang, namanya juga penulis
amatiran yang masih ‘bau kencur’, semua cerpen itu tidak ada satupun yang masuk
nominasi. Dalam hati, rasa kecewa pasti ada. Namun perasaan senang juga
menyertai. Setidaknya itu sudah jadi satu langkah awal yang bagus untuk
berkarya di bidang tulis menulis. Ibarat pedang, kemampuan menulis saya masih
harus diasah lagi supaya lebih tajam. (dan bisa menohok :-D)
Lalu, suatu hari
di bulan Februari yang cerah, saya iseng-iseng cari event-event menulis yang lain. Saya ubek-ubek tiap sudut dunia cyber. Dan… Voila! Eyang Gugel bisikin saya bahwa akan dibuka (lagi) komunitas
One Day One Post untuk generasi ke-2 di bulan Februari tahun ini. Pecaahh
sudah! Saya merasa seperti ketemu dengan ‘jodoh’ di situ. Dalam hati saya
pikir, “This is it! My real passion is
coming true.”. ^_^ Dan seperti yang saya duga, ada banyak teman-teman penulis
yang kece-kece di sini. Kurang
bahagia apalagi coba? Saya benar-benar bersyukur. Terima kasih Tuhan. Terima
kasih One Day One Post. Terima kasih
Bang Syaiha. Terima kasih Admin Grup. Terima kasih laptop. Terima kasih koneksi
internet. (Cukup)
Dari One Day One Post Batch 2 saya banyak
belajar. Menulis itu berat. Prosesnya rumit, dan seringkali bikin stress. Namun
dari semua penderitaan itu, saya akhirnya menyadari satu hal bahwa, “Menulis
itu adalah surga dunia”. Khususnya, bagi saya sendiri. Kenapa saya menyebutnya
sebagai ‘Surga Dunia’? Karena istilah ‘Jendela Dunia’ sudah dipakai sama ‘Membaca’.
(Paham kan kalau ‘Membaca adalah jendela dunia’?) *LOL^^ #ups.
Bercanda. ^_^
Bukan itu maksud
saya.
Mengutip dari
nasehat orang-orang yang telah sukses (terlebih dahulu) dalam bidang
tulis-menulis, ada satu pernyataan yang sempat mengganggu pikiran saya.
“Hanya
dengan MENULIS, kamu bisa mengubah
dunia.”
Kurang lebih
begitu kata-katanya. Dari situ saya mikir. Mengubah dunia? Dengan menulis?
Gimana caranya? Dimana coba letak masuk akalnya? Rekan-rekan ODOP pasti juga
berpikir demikian, bukan?
Rekan-rekan pasti tahu siapa itu Jean Kathleen Rowling. Ya, tepat sekali.
J.K. Rowling. Ibu yang sudah melahirkan ‘Harry Potter’. Wanita berkebangsaan
Inggris itu telah sukses menjadi orang terkaya nomor dua setelah Ratu Inggris. Bahkan
diberitakan lebih kaya dari Sang Ratu. Hebat, bukan? Dan ‘Harry Potter’ yang
fenomenal itu, sukses bikin dunia ‘geger’, bumi gonjang-ganjing (kalo kata orang Jawa). Lalu, itu semua karena apa?
Cuma satu penyebabnya, yaitu: Hanya karena Menulis.
Perlu bukti lain?
Oke, Roger.
Lanjut pembahasan.
Jika kita menengok ke masa silam. Ada
banyak tokoh-tokoh penulis jaman dahulu yang juga sukses ‘mengguncang’ dunia,
khususnya tanah air tercinta ini, dengan jejeran mahakarya tulisannya. Sebut
saja satu nama yang paling tersohor pada masanya. Chairil Anwar. ‘Aku’ yang diciptakan Chairil pada Maret 1943,
sukses menggemparkan tanah air. Puisi itu adalah cerminan dari semangat
perjuangan para pribumi untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan pada
masa itu. Kala itu Chairil mencoba mendobrak mental para pemuda untuk tidak
menyerah dan jangan mau ditindas oleh penjajah.
‘Aku’ juga berpesan kepada para pembaca untuk
tidak ragu dalam berkarya. “Berkaryalah
dan biarkan orang lain menilai, seperti apapun bentuk penilaian itu.”
Chairil juga berpesan dalam puisinya, “Bebaskan
dirimu. Apapun yang terjadi, teruslah berkarya. Bebaslah, sebebas-bebasnya
sebagai ‘aku’.” Maksudnya, jadi diri sendiri. Semua orang berhak menjadi ‘aku’
dalam versinya masing-masing. Keren nggak tuh, Eyang Chairil Anwar? Bangeeet.
Dan sekali lagi, semua karya fenomenal itu karena apa? Karena Menulis.
Pramoedya
Ananta Toer. Nama yang sudah tidak
asing lagi di dunia sastra lama tanah air. Beliau juga merupakan pejuang
tulisan ‘terlarang’ pada masanya. Karena semua tulisannya dilarang terbit di
media press manapun pada masa itu. Hanya karena tulisan-tulisannya, Pram sampai
berstatus sebagai buronan dan di cap sebagai seorang kriminal karena tulisannya
dilansir berisi penghinaan terhadap para kumpeni belanda. Pram bahkan sempat
mendekam dalam penjara selama puluhan tahun.
Namun di tengah penderitaan itu, Pram
tetap menulis. Dalam penjara,
beliau berhasil mengabadikan kisahnya melalui ‘Nyanyi Sunyi Seorang Bisu’.
Perjuangan tidak cukup sampai disitu. Karena perjuangan untuk mempertahankan
naskah asli tulisan Pram pun luar biasa sulitnya. Banyak dari lembaran-lembaran
karya Pram yang hilang sebelum berhasil dibukukan. Namun, semua itu demi siapa?
Demi penerus bangsa. Demi anak cucu yang kelak bisa membaca karya-karyanya. Demi
generasi Indonesia yang kelak bisa meneruskan semangat juangnya dalam dunia
sastra. Hanya dengan begitu, nama Pramoedya Ananta Toer akan tetap abadi. Beliau
akan selalu dikenang dalam karya-karyanya. Satu bukti lagi bahwa hanya dengan menulis, manusia punya potensi
untuk mengubah dunia.
Gimana? Apakah rekan-rekan sudah merasa
tergugah untuk mulai mengubah dunia?
Jika iya, maka teruslah menulis. Jika tidak, maka
tetaplah berkarya. (meski itu
bukan menulis)
Selamat datang
di Surga Dunia. Welcome to our Paradise. ^_^
Manusia diingat
melalui karyanya. Pelukis dikenang melalui lukisannya. Penyanyi tetap abadi
dalam lagu-lagunya. Composer musik tetap dikenang melalui deretan instrumen klasik
ciptaannya. Para pahlawan pejuang kemerdekaan akan tetap dikenang sebagai bunga
bangsa melalui perjuangan dan pengabdiannya. Dan seorang penulis akan terus
diingat dan dikenang melalui tulisan-tulisannya.
Baiklah, sebelum
tulisan ini berubah fungsi menjadi naskah pidato kenegaraan, ijinkan saya
menutup postingan ini dengan satu kutipan dari Bang Syaiha, “Menulislah untuk keabadian.”
Sekian.
Terima kasih,
nama saya Dymar Mahafa. Salam. ^_^
Monggo sedoyo,
sugeng tindak.
#OneDayOnePostBatch2
Ada cerbung lagi nggak?
BalasHapusTenang mbak Lis, stok berlimpah. Jangan kuatir :D
HapusIya ayo tetap menulis
BalasHapusBikin cerbung lagi ya
Suka
Siap laksanakan.
HapusTerimakasih mbak Wid atas apresiasinya selama ini. :)
tetap semangat mbak :)
BalasHapusTerimakasih mbak Veniy. Semangat balik buat mbak Veniy :)
HapusSugeng tindak mbak dymarπ
BalasHapusNggih, monggo mbak Sas.. :)
HapusTiba-tiba mbayangin mbah Gugel bisik-bisik
BalasHapusππ
Hapus