Ide Unik Pembuatan Judul Buku Fiksi
Berawal dari satu pertanyaan jalur daring yang dilontarkan salah seorang kawan di Kampus Online Nulis Aja Community (NAC) Batch 3 kepada saya pagi ini (Selasa, 26 Februari 2019). Wanita satu putri ini akrab disapa dengan Bu Betty oleh murid-muridnya di salah satu Sekolah Dasar kota Cilacap, Jawa Tengah. Tapi saya manggilnya "Mbak" saja, biar selalu awet muda. Hehe.
"Boleh tanya Mbak Dymar, kenapa (judul) novelnya suka pake singkatan? Yang kemarin RIP sekarang MIT." Begitu tanya Mbak Betty melalui pesan whatsapp.
Awalnya memang murni karena iseng saja Mbak saya bikin judul. Kebetulan waktu itu suka utak-atik singkatan yang sudah pakem dipakai umum tapi saya modifikasi dengan kepanjangan versi saya sendiri.
Seperti RIP yang umum untuk menjelaskan kematian, dengan kepanjangan Rest In Peace. Tapi versi saya menjadi Rest In Promise. Karena kebetulan inti cerita di buku pertama itu berbicara soal janji-janji. (Tapi tak serupa janji-janji capres-cawapres😅)
Untuk projek berikutnya, (insya Allah buku kedua) saya iseng lagi. Judul projek ini sebenarnya Mencintai Itu Tololitas, dan awalnya nggak ada niatan sama sekali buat nyingkat. Cuman kebetulan ada satu singkatan pakem yang lazim dikenal yaitu nama dari salah satu Universitas terkenal di USA; Massachusetts Institute of Technology (M.I.T). Dari situ akhirnya ya sudah terjadilah, singkatan tadi saya pakai sebagai judul dengan kepanjangan: "M.I.T - Mencintai Itu Tololitas"
Begitulah, guys, sejarah singkatnya. Jadi ini semua adalah hasil dari keisengan yang diseriusin. Hahaha.
Cuman kalau dikaitkan dengan taktik penjualan, judul itu berkontribusi cukup besar dalam meningkatkan daya jual buku. Hampir mencapai 50% lebih.
Kenapa?
Karena alasan kebanyakan orang membeli suatu buku adalah karena judulnya unik dan bikin penasaran. Kedua, ada juga orang beli buku karena mereka suka sama desain sampulnya. Ketiga, karena testimoni orang "berpengaruh" yang dibubuhkan pada cover, dan keempat karena blurb buku itu sendiri.
Tapi survey di atas bisa terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Nggak perlu khawatir, karena apapun dan gimanapun judulnya, kalau memang sudah jodohnya kita dengan pembaca, pasti banyak yang mencari, kok. 😊 Don't worry, be happy.
Salah satu bukti bahwa judul mengambil andil yang cukup besar, coba amati judul-judul bukunya Bang Radit misalkan. Hampir semua buku Raditya Dika memiliki judul bertema hewan. Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus, Manusia Setengah Salmon, Koala Kumal, sampai Ubur-ubur Lembur.
Kenapa begitu? Memang disengaja atau memang direncanakan? (sama aja dong...)
Awalnya juga karena iseng. Mengingat bahwa Bang Radit menuliskan pengalaman pribadinya yang benar-benar terjadi di dunia nyata dan kebetulan zodiaknya Bang Radit adalah Capricorn yang mana zodiak tersebut dilambangkan dengan seekor kambing jantan. Jadilah judul buku pertama Bang Radit adalah Kambing Jantan, yang merupakan representasi dari dirinya sendiri yang diabadikan dalam sebuah buku.
Sewaktu penggarapan buku kedua (setelah Kambing Jantan), dari editornya atau dari pihak penerbit (kalo gak salah), bilang kalau judul buku kedua ini dibikin seperti judul buku pertama aja biar keliatan khasnya Radit, begitu. Dan akhirnya tema judul hewani itupun berulang sampai buku-buku berikutnya.
Dari situ bisa ditarik kesimpulan bahwa kita bisa menarik minat pembaca untuk membeli atau, paling nggak, tahu ke-eksis-an buku yang kita tulis hanya dengan melihat judulnya. Karena ciri khas itu tadi.
Bang Radit dengan ciri khas judul bertema hewan. Dymar dengan singkatan-singkatan aneh. Ilana Tan dengan judul "musim"nya (Winter in Tokyo, Summer in Paris, dll). Dan kalau bisa konsisten, kita juga bisa nulis novel berseri seperti JK Rowling dengan Harry Potter-nya.
Kalau menurut kalian gimana?
Yuk, saling berbagi pendapat. Kalau teman-teman punya pendapat lain tentang ini, boleh banget, lho. Apalagi kalau dibagikan di kolom komentar. 😉 Silakan.
"Boleh tanya Mbak Dymar, kenapa (judul) novelnya suka pake singkatan? Yang kemarin RIP sekarang MIT." Begitu tanya Mbak Betty melalui pesan whatsapp.
Awalnya memang murni karena iseng saja Mbak saya bikin judul. Kebetulan waktu itu suka utak-atik singkatan yang sudah pakem dipakai umum tapi saya modifikasi dengan kepanjangan versi saya sendiri.
Seperti RIP yang umum untuk menjelaskan kematian, dengan kepanjangan Rest In Peace. Tapi versi saya menjadi Rest In Promise. Karena kebetulan inti cerita di buku pertama itu berbicara soal janji-janji. (Tapi tak serupa janji-janji capres-cawapres😅)
Untuk projek berikutnya, (insya Allah buku kedua) saya iseng lagi. Judul projek ini sebenarnya Mencintai Itu Tololitas, dan awalnya nggak ada niatan sama sekali buat nyingkat. Cuman kebetulan ada satu singkatan pakem yang lazim dikenal yaitu nama dari salah satu Universitas terkenal di USA; Massachusetts Institute of Technology (M.I.T). Dari situ akhirnya ya sudah terjadilah, singkatan tadi saya pakai sebagai judul dengan kepanjangan: "M.I.T - Mencintai Itu Tololitas"
Begitulah, guys, sejarah singkatnya. Jadi ini semua adalah hasil dari keisengan yang diseriusin. Hahaha.
Cuman kalau dikaitkan dengan taktik penjualan, judul itu berkontribusi cukup besar dalam meningkatkan daya jual buku. Hampir mencapai 50% lebih.
Kenapa?
Karena alasan kebanyakan orang membeli suatu buku adalah karena judulnya unik dan bikin penasaran. Kedua, ada juga orang beli buku karena mereka suka sama desain sampulnya. Ketiga, karena testimoni orang "berpengaruh" yang dibubuhkan pada cover, dan keempat karena blurb buku itu sendiri.
Tapi survey di atas bisa terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Nggak perlu khawatir, karena apapun dan gimanapun judulnya, kalau memang sudah jodohnya kita dengan pembaca, pasti banyak yang mencari, kok. 😊 Don't worry, be happy.
Salah satu bukti bahwa judul mengambil andil yang cukup besar, coba amati judul-judul bukunya Bang Radit misalkan. Hampir semua buku Raditya Dika memiliki judul bertema hewan. Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus, Manusia Setengah Salmon, Koala Kumal, sampai Ubur-ubur Lembur.
Kenapa begitu? Memang disengaja atau memang direncanakan? (sama aja dong...)
Awalnya juga karena iseng. Mengingat bahwa Bang Radit menuliskan pengalaman pribadinya yang benar-benar terjadi di dunia nyata dan kebetulan zodiaknya Bang Radit adalah Capricorn yang mana zodiak tersebut dilambangkan dengan seekor kambing jantan. Jadilah judul buku pertama Bang Radit adalah Kambing Jantan, yang merupakan representasi dari dirinya sendiri yang diabadikan dalam sebuah buku.
Sewaktu penggarapan buku kedua (setelah Kambing Jantan), dari editornya atau dari pihak penerbit (kalo gak salah), bilang kalau judul buku kedua ini dibikin seperti judul buku pertama aja biar keliatan khasnya Radit, begitu. Dan akhirnya tema judul hewani itupun berulang sampai buku-buku berikutnya.
Dari situ bisa ditarik kesimpulan bahwa kita bisa menarik minat pembaca untuk membeli atau, paling nggak, tahu ke-eksis-an buku yang kita tulis hanya dengan melihat judulnya. Karena ciri khas itu tadi.
Bang Radit dengan ciri khas judul bertema hewan. Dymar dengan singkatan-singkatan aneh. Ilana Tan dengan judul "musim"nya (Winter in Tokyo, Summer in Paris, dll). Dan kalau bisa konsisten, kita juga bisa nulis novel berseri seperti JK Rowling dengan Harry Potter-nya.
Kalau menurut kalian gimana?
Yuk, saling berbagi pendapat. Kalau teman-teman punya pendapat lain tentang ini, boleh banget, lho. Apalagi kalau dibagikan di kolom komentar. 😉 Silakan.
mngkn kalo fiksi judul harus nyeleneh ya mbak?
BalasHapusPidi baiq judul bukunya Drunken Molen dan At-Twitter
Betul mas Dwi. Untuk menarik pembaca. Nah, seperti At-Twitter itu unik dan jarang ada yg pakai...
HapusWah karena penasaran langsunh deh saya baca. Salam kenal mbak. Saya Linda dari group London
BalasHapusWah salam kenal balik mbak Linda :) seneng banget bisa ketemu di grup odop7... semoga manfaat :)
HapusWaah, aku lagi bingung bikin judul ini😂 Mau bikin judul yang indah-indah tapi isinya bikin meleleh mata pembaca😂
BalasHapusPasti menarik itu tulisannya mbak Ria. :)
Hapuswah ilmu baru ini Mbak, sering banget kesulitan milih judul. Terima kasih sharingnya ����
BalasHapusSama-sama kak Fitri :) semoga bermanfaat
HapusEmang tantangan tersendiri ya kak biar bisa bikin judul buku yang menarik. Makasih banyak, sharing ilmunya ya kak. Salam kenal 😄
BalasHapusMenarik sekali mb .. Sangat menginspirasi. Semoga kedepannya aku bisa juga punya "nama" d literasi 😊✌️salam, lilis Tokyo
BalasHapusBener juga ya mbak, kita harus punya ciri khas
BalasHapus