Dia Adalah Kontemplasi Abstraksi yang Lahir Untuk Lenyap
Dia yang menyeret aku ke penjara ini
Aku terkurung bersamanya, juga bersama kegilaan ini
Pikiranku dirantai,
Kedua tanganku terikat birokrasi,
Ambisinya membatasi gerak kaki,
Angan-anganku; entah ingin ke mana mereka berlari,
Tak ada jalan keluar dari sini
Tidak, sepenggal asa sudah mati
Aku telah masuk jurang apati
Bersama dia, bersama semua yang fana
Kosong mata tengadah
Tigapuluh enam purnama berlalu sudah
Meninggalkan aroma asap sumpah serapah
Mengukir dinding-dinding beton tinggi nan megah
Bersama guyuran cat merah darah
Seperti baru semalam aku merengek di depan pintu-Mu
Memohon supaya restu-Mu menjadikanku hamba yang tahu
Bukan membusuk dalam sembilu
Apalagi bersama dia, yang juga adalah hamba-Mu
Tetapi apa yang dilontarkan lisanku
Justru racau seorang pengigau
Sia-sia aku membuang rasa malu
Dia menyita paksa wawasanku
Keahlianku,
Piawaiku,
Keindahanku,
Lantas kemudian
Dia tukar dengan dungu
Tak ada guna mendekam di ladang benalu
Apalagi dia, lagi-lagi dia yang menyeretku ke hamparan ranjau
Salahkan saja dia, terus saja hakimi dia
Sampai sembuh luka duka lara
Sampai lepas dari jerat fana
Yang mana seolah dia menyerupai aku
Walau sejatinya dia ada
Di sini
Di alam bawah sadarku
Kediri, 10 Agustus 2019. 07:57 wib
Aku terkurung bersamanya, juga bersama kegilaan ini
Pikiranku dirantai,
Kedua tanganku terikat birokrasi,
Ambisinya membatasi gerak kaki,
Angan-anganku; entah ingin ke mana mereka berlari,
Tak ada jalan keluar dari sini
Tidak, sepenggal asa sudah mati
Aku telah masuk jurang apati
Bersama dia, bersama semua yang fana
Kosong mata tengadah
Tigapuluh enam purnama berlalu sudah
Meninggalkan aroma asap sumpah serapah
Mengukir dinding-dinding beton tinggi nan megah
Bersama guyuran cat merah darah
Seperti baru semalam aku merengek di depan pintu-Mu
Memohon supaya restu-Mu menjadikanku hamba yang tahu
Bukan membusuk dalam sembilu
Apalagi bersama dia, yang juga adalah hamba-Mu
Tetapi apa yang dilontarkan lisanku
Justru racau seorang pengigau
Sia-sia aku membuang rasa malu
Dia menyita paksa wawasanku
Keahlianku,
Piawaiku,
Keindahanku,
Lantas kemudian
Dia tukar dengan dungu
Tak ada guna mendekam di ladang benalu
Apalagi dia, lagi-lagi dia yang menyeretku ke hamparan ranjau
Salahkan saja dia, terus saja hakimi dia
Sampai sembuh luka duka lara
Sampai lepas dari jerat fana
Yang mana seolah dia menyerupai aku
Walau sejatinya dia ada
Di sini
Di alam bawah sadarku
Kediri, 10 Agustus 2019. 07:57 wib
Komentar
Posting Komentar