Talak

Bercericau tentang kemarau basah
Acap kali topan berembus
Hingga kelakar ini perlahan pupus
Ujar-ujar tetua sudah seperti seonggok serumen
Yang berjubal dalam rongga eustachius
Tak lebih dari serasah
Terabaikan serupa ladang tandus

Sebentar lagi kemarau keras
Seperti ikatan ini yang sebentar lagi retas
Benang kasih yang dulu dirajut berakhir nahas
Ladang hati kita telah tandus
Motor irigasinya telah lama aus
Semerbak bunga-bunganya tak lagi terendus
Ide bagus untuk budi daya kaktus

Kepala kita serupa Borazon
Temperamen laksana beton
Emosi ini beriak
Amarah menggelegak
Memandang parasmu pun muak
Tenaga dikuras tandas
Perselisihan belum jua tuntas
Tak ada kata puas
Hingga kanal meliuk dari sudut mataku
Mengalir deras
Tanda namamu ditoreh di atas kertas
Janji sehidup semati resmi kandas

Bukan aku yang pergi, tetapi kau
Bukan aku yang melarikan diri, tetapi kau
Bukan aku yang mengakhiri, tetapi kau
Walau awalnya bukan kau yang mengingini, tetapi aku

***

Kediri, 29 Maret 2019. 10:10
Dymar Mahafa

Komentar

  1. dikainya selalu keren nih mba dynar

    BalasHapus
  2. eh dymar, salah kan jadinya. ,,,😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo ganti nama masakin dulu bubur sengkala bang. Hahaha

      Hapus
  3. dikai = diksi kayaknya mas Ian :))

    yang pergi kau, bkn aku.. tp aku yg menginginkannya.. (hmm, I need think about it)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan si suami yg minta cerai, tapi si istri.
      🙏😀 terima kasih mas Dwi dah mampir..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lara dan Alam Lain

What Do You Think About English Subject At School?

Dia Dan Alegori