Mencintai Itu TOLOLITAS (M.I.T)


Antares Avrama's Mind


Orang-orang bersikeras hidup di dunia nyata, walau mereka tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Sementara beberapa minoritas, seperti aku, telah lama menyerah untuk hidup berteman kenyataan. Rasanya lebih mudah bernapas dalam dunia yang aku ciptakan sendiri, walau aku tahu dunia yang seperti itu tidak pernah ada. Dan mungkin saja hanya diriku yang bisa terus hidup di dunia itu, tidak dengan mereka di sekitarku, yang menganggap semua pemikiranku hanyalah fiktif belaka, dan jika terdapat kesamaan dalam hal apa saja maka semua itu adalah kebetulan semata.

Tidak! Ini semua bukan kebetulan. Apa sebenarnya esensi dari suatu ide tentang kebetulan, hingga mereka mengimaninya sebegitu kuat? Percaya bahwa kemustahilan mampu mengubah kesengsaraan menjadi bahagia. Menurutku mereka semua sudah gila. Bahkan di dunia yang aku ciptakan sendiri tak ada hal-hal cengeng semacam kebetulan. Karena segala hal yang aku lihat lebih dekat, aku dengar lebih seksama, dan aku raba dengan intuisi, semua hal itu adalah sebentuk kejanggalan. 

Benakku mengeja, namun menurut mereka aku ini buta huruf. Aku tak bisa membaca kenyataan, kata mereka. Aku ini manusia setengah akal, olok yang lain. Baiklah, mungkin mereka benar jika aku ini memang manusia dengan kadar kewarasan di atas normal, yang akan selalu memandang manusia normal seperti mereka sebagai orang gila.

Ya, aku memang di atas normal. Pemikiranku, pandanganku tentang kehidupan, pendengaranku tentang bisik-bisik kematian dan caraku berbaur dengan para manusia normal itu. Pemikiran mereka terlalu normal untuk bisa kumengerti, sementara pemikiranku ini terlalu rumit untuk bisa dipahami oleh isi kepala mereka yang normal.

Aku hidup tenang dalam dunia nyata menurut versiku sendiri, sementara mereka hidup dalam kenyataan yang coba mereka fiksikan. Mereka itu yang aneh, bukan aku. Mereka itu yang gila, bukan aku. Aku normal dengan caraku, dan mereka normal dengan caranya. Apa perlu aku perdebatkan tentang ini lebih jauh lagi?

(fin)

***
*
*

Hello, readers.
Secuil tulisanku yang akan menjadi calon buku kedua setelah RIP. Aku putuskan untuk membagikannya sedikit dengan kalian, para pembaca yang budiman. Yah, walau mungkin agak susah dicerna, karena akan ada beberapa POV1 dalam kisah ini nantinya.
Semoga suka.

Best regard,
Dymar Mahafa


Komentar

  1. Waw sepertinya kisahnya akan lebih njelimet lagi dari RIP 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Mohon doanya ya kak.🙏
      Btw, sudah kelar kah baca RIP?😃

      Hapus
    2. Baru hampir selesai Kak, bacanya sambil menyelesaikan bacaan wajib di RCO soalnya jadi lama huhu padahal seru

      Hapus
    3. Hahaha. Oke oke. Selamat menikmati... 😇😊

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

What Do You Think About English Subject At School?

Kanvas Kata Kita: Dari Dymar, Oleh Dymar, Untuk Hiday Nur

Lara dan Alam Lain