Teror

Akal menepis tuntutan
Berteduh dari derasnya hujan hujatan
Yang tetes-tetes normanya menusuk pori-pori
Desau-desau ritmenya mengikis kulit ari
Tempoku tak sejalan dengan iramanya
Melambat, serupa keran mampat
Petir menyambar, asaku pergi menginjak duri

Tak acuh akan percik pola pikir yang mengotori harga diri
Akibat gilasan repet ban ambisi
Waskita berjinjit, anggai mengernyit
Idealisme belum sembuh, egoisme masih kambuh

Falsafahku terhimpit, filsafatku terjangkit
Teori-teori bestari hilir mudik dalam kanal eustachius
Menyisakan ampas lengket serupa cerumen
Sebentuk antibodi penghalau dalih, penawar racun kabar angin

Kilat menguar bak pendar dari titik zenith
Seperti pelangi, ah, tidak, bukan pelangi
Pendar menembus titik nadir
Menciptakan gelombang bah
Melengkung, menggulung gunung obsesi, lisan kurang budi, lagi akal penuh ambisi
Dihempaskan, dimuntahkan kembali
Asaku lari, kakinya berdarah
Bekas tancapan duri masih tinggal abadi


***

Oleh : Dymar Mahafa

Komentar

  1. Kamusku kedatangan diksi baru. Repet dan cerumen nampaknya malu-malu.

    Makasih untuk tulisannya, Mbak.

    BalasHapus
  2. Terima kasih kembali kak Mardiah. 🙏
    Semoga bisa membawa angin segar untuk pembaca...😊

    BalasHapus
  3. shugoi....😲😎😎😎 diksinya daebakk...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lara dan Alam Lain

What Do You Think About English Subject At School?

Dia Dan Alegori