Hanya Celoteh Soal Tata Aturan

Pernah tidak terpikirkan soal mengapa hukum serta peraturan diciptakan? Hingga segala tingkah dan perilaku yang dilakukan orang-orang di dalam suatu masyarakat harus taat dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Membentuk pola pemikiran yang homogen; semua dibentuk melalui pola-pola yang sama, atau memang sengaja diserempakkan.

Cara makan, minum, berpakaian, bersolek, berniaga, berbelanja, berkendara, berolahraga, berkomunikasi dan berbahasa, serta bergaul dengan sesama masyarakat, diatur juga di dalam suatu tata peraturan.

Sampai-sampai segala hal yang berkaitan dengan masyarakat yang berdiam di suatu negara harus melaporkan segala aspek dalam tiap inchi kehidupannya. Kelahiran bayi dan catatan sipilnya. Pernikahan dan segudang birokrasinya. Pembelian tanah dan pajaknya. Pengukuran wilayah dengan segala hak-hak prerogatifnya. Hingga kematian juga harus dilaporkan sebagai pelengkap menurunnya data statistik pada angka kematian di suatu negara.

Seolah-olah masyarakat serasa dipaksa tenggelam dalam dua pusara hukum di dalam kehidupan mereka. Pertama, aturan yang diciptakan langsung oleh tangan Tuhan. Kedua, aturan yang dibuat oleh pola-pola pikir manusia.

Pernahkah terpikirkan di benak kalian, kapan peraturan diciptakan untuk pertama kali (oleh manusia)?

Dan kasus apa yang menjadi pemicu atau sebab musabab dari terciptanya peraturan untuk pertama kalinya?

Siapa sebenarnya yang mempelopori terciptanya peraturan?

Dan apa yang mungkin terjadi pada generasi manusia yang sekarang jika dulunya tidak pernah diciptakan tata aturan tersebut?

Sekadar intermezzo.
Atau sebuah retoris yang terlalu hiperbolis?
Mungkin juga bisa dijabarkan dalam diksi romantis lagi melankolis.

Terserah saja wis.

Ini bukan kuis, bukan pula permainan tetris.
Hanya satu celoteh aneh yang sengaja ditoreh, yang boleh dibaca sembari menyesap secangkir teh ditemani kue serabi dengan gula merah yang meleleh, atau ikan asin dengan sayur lodeh, boleh juga ditemani sepiring oleh-oleh.

Sesukamu saja deh.

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

What Do You Think About English Subject At School?

Kanvas Kata Kita: Dari Dymar, Oleh Dymar, Untuk Hiday Nur

Lara dan Alam Lain