Filosofi huruf 'R'

Semua istilah tentang hal-hal yang menggugah selera tak mesti berawalan huruf tertentu. Namun lain cerita dengan segala hal yang berawalan dengan huruf 'R', huruf yang terkadang susah sekali diucapkan dengan benar dan tepat. Sampai-sampai ada yang menciptakan bait lagu tanpa huruf 'R'.

Hal-hal yang menggugah selera tentu harus yang mampu menggetarkan lidah, seperti huruf 'R' dalam diksi :

Rantang, misalnya.
Yang ketika membayangkannya saja. Lidah sudah banyak memproduksi saliva. Saking banyaknya, hingga lidah tak mampu membedakan mana rasa air mineral mana air liur. Rantang, sebuah benda yang difungsikan sebagai pendukung ritual makan manusia dikala mereka ingin membawa hal-hal yang menggugah selera lidahnya tadi menuju berbagai tempat tujuan karena tak sempat merapat pada ritual makan cepat (sarapan pagi).
Kau tahu bentuk rantang? Benda yang disinyalir terbuat dari alumunium, baja, atau bahkan besi anti karat, memiliki lekuk tubuh tak serupa gitar Spanyol yang menawan. Bentuk rantang cukup sederhana, mampu menampung apa saja, bahkan menyembunyikan maksud dan tujuan tertentu dari si pemberi rantang kepada si penerima rantang.
Mengajarkan kepada makhluk sosial mengamini hakikatnya sebagai manusia yang saling membutuhkan. Mengajarkan manusia saling berbagi keberkahan, berbagi rejeki, berbagi selera lidah yang rupa-rupa warnanya itu. Ada semacam aturan tak tertulis bahwa jika si pemberi rantang memberimu sesuatu yang ada di dalam rantang, maka sebagai penerima sudah seharusnya kau mengembalikan rantang itu dalam keadaan terisi sesuatu pula, untuk kemudian diberikan kepada si pemberi rantang. Begitu pula sebaliknya. Karena apa yang kau berikan pasti akan kembali, entah dalam bentuk apa, bahkan bisa jadi kembali padamu dalam bentuk yang lain. Seperti Tuhan memberimu rantang berisi nyawa, akal, serta perasaan. Seperti itu pula cara kerja rantangmu kepada sesama.

Risoles, kulit adonan lembut nan kenyal dibalut panir dengan tekstur super renyah yang dipadu dengan isian rupa-rupa jenis dan warna. Paduan ragam rasa dalam satu gigitan. Seperti Bhineka Tunggal Ika.

Rendang.
Kau tahu aku tak terlalu menggemari daging, walau aku juga tak bisa disebut sebagai seorang vegetarian. Namun karena rendang aku belajar tentang kekayaan rempah-rempah nusantara. Cara paling nikmat menikmati kelezatan lapisan daging dengan baluran bumbu nusantara hasil resep turun-temurun nenek moyang pribumi. Entah sudah berapa generasi resep itu diturunkan. Tapi percaya tidak jika asal muasal rendang adalah asli dari nusantara tercinta? Bukan maksud menuduh pihak luar merebut cita rasa lidah nusantara sebagai kekhasan mereka, namun rendang sekali lagi hanya ingin memberi satu pelajaran. Jagalah rendang, sebelum keberadaannya ditentang lalu diakui sebagai bagian dari negara tetangga.

Roti bakar isi pisang coklat keju.
Jangan salahkan lidahku jika selera rasa yang paling aku suka adalah kesederhanaan ketiga elemen dalam harmoni isian roti yang terkadang mampu membuat lamunanku terbawa suasana dan berkelana entah ke mana. Sensasi rasa rakyat yang membuat aksen cadel seseorang bisa seketika fasih mengucapkan lafal 'R' tanpa meninggalkan hakikatnya sebagai huruf penggetar indera pengecap.

Baiklah, masih ada beberapa selera yang menggetarkan lidah dengan huruf 'R', seperti :

Rengginang, Remah-remah rengginang, Rempeyek, Remah-remah rempeyek, yang kalau disinergikan menjadi satu tim, maka mereka sudah pasti adalah tim sukses yang meramaikan hari lebaran.

Dan masih banyak istilah dengan huruf 'R' yang lain yang tak bisa aku sebutkan satu per satu di sini. You know who you R.

***

Oleh: Dymar Mahafa

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lara dan Alam Lain

What Do You Think About English Subject At School?

Dia Dan Alegori