Kisah Yang Belum Lunas
Berawal dari kau yang rapi berdasi dan aku yang mengenakan hak tinggi
Kita ini pasangan serasi
Sepasang cincin adalah saksi janji suci
Di mataku kau tampan bak pangeran
Sedang di matamu parasku serupa putri
Kita berjalan meniti jurang ego dan berbagi sendok nasi
Hingga nanti, sampai maut mengakhiri
Kau berkelakar tentang siapa di antara kita yang akan berpulang
Kau berujar bahwa aku yang akan berumur panjang
Sementara kau yang terlebih dulu menghilang
Sesekali kau bertanya apa aku bahagia hidup denganmu
Aku tak selalu menjawabmu dengan anggukan
Bahkan seringnya aku mengeluh tentang lelahnya mengerjakan urusan dapur, berbelanja bulanan ditambah mengurus si jabang bayi
Aku senang kau mengerti
Bahkan tak sedikitpun menilaiku tak ideal sebagai istri
Sampai pada suatu hari
Apa yang kau takutkan benar-benar terjadi
Kau takut aku mungkin akan menghilang dari sisi
Meninggalkanmu seorang diri bersama buah hati kita yang baru berumur dua hari
Mungkin Tuhan tak senang jika kau mengamini prediksimu sendiri
Tuhan tak suka dicurigai
Tak ingin hamba-Nya larut terlalu jauh dalam imajinasi
Tapi apa suaramu harus selantang ini ketika aku terbujur kaku
Nyawaku ditarik paksa lalu dibawa pergi
Malaikat itu bahkan tak meminta ijin padamu
Padahal Tuhan tahu bahwa kau imamku
Harusnya dulu kita undang malaikat itu di acara resepsi
Jika kau membaca tulisan ini
Itu berarti mungkin buah hati kita sudah bisa makan sendiri
Maaf jika aku tak bisa merawatnya bersamamu
Terima kasih untuk doa yang selama ini kau kirimkan kepada langit
Atas tambahan usia yang Tuhan berikan untukku hingga aku mampu mengecap manisnya ikatan suci
Berharap dengan begitu kematian tak lagi terasa sepi
Dan mungkin tentang janji sehidup semati yang dulu kita sepakati, bisa segera kau lunasi
- Kisah Yang Belum Lunas -
Oleh: Dymar Mahafa
Kita ini pasangan serasi
Sepasang cincin adalah saksi janji suci
Di mataku kau tampan bak pangeran
Sedang di matamu parasku serupa putri
Kita berjalan meniti jurang ego dan berbagi sendok nasi
Hingga nanti, sampai maut mengakhiri
Kau berkelakar tentang siapa di antara kita yang akan berpulang
Kau berujar bahwa aku yang akan berumur panjang
Sementara kau yang terlebih dulu menghilang
Sesekali kau bertanya apa aku bahagia hidup denganmu
Aku tak selalu menjawabmu dengan anggukan
Bahkan seringnya aku mengeluh tentang lelahnya mengerjakan urusan dapur, berbelanja bulanan ditambah mengurus si jabang bayi
Aku senang kau mengerti
Bahkan tak sedikitpun menilaiku tak ideal sebagai istri
Sampai pada suatu hari
Apa yang kau takutkan benar-benar terjadi
Kau takut aku mungkin akan menghilang dari sisi
Meninggalkanmu seorang diri bersama buah hati kita yang baru berumur dua hari
Mungkin Tuhan tak senang jika kau mengamini prediksimu sendiri
Tuhan tak suka dicurigai
Tak ingin hamba-Nya larut terlalu jauh dalam imajinasi
Tapi apa suaramu harus selantang ini ketika aku terbujur kaku
Nyawaku ditarik paksa lalu dibawa pergi
Malaikat itu bahkan tak meminta ijin padamu
Padahal Tuhan tahu bahwa kau imamku
Harusnya dulu kita undang malaikat itu di acara resepsi
Jika kau membaca tulisan ini
Itu berarti mungkin buah hati kita sudah bisa makan sendiri
Maaf jika aku tak bisa merawatnya bersamamu
Terima kasih untuk doa yang selama ini kau kirimkan kepada langit
Atas tambahan usia yang Tuhan berikan untukku hingga aku mampu mengecap manisnya ikatan suci
Berharap dengan begitu kematian tak lagi terasa sepi
Dan mungkin tentang janji sehidup semati yang dulu kita sepakati, bisa segera kau lunasi
- Kisah Yang Belum Lunas -
Oleh: Dymar Mahafa
Komentar
Posting Komentar