Baca Ini: Bagi Kalian yang Masih Belum Ikhlas Menerima Hidup
Nasihat atau sederet kalimat yang memotivasi sudah menjamur di mana-mana. Saking seringnya dilontarkan, sampai sering kali kita lupa dan melewatkan pelajaran hidup di hari itu. Padahal nggak hanya jasmani kita saja yang butuh makanan bergizi, rohani juga butuh. Ibarat tanaman kalau jarang disiram dan diberi makanan pupuk, apa yang terjadi? Layu, kering lalu mati. Ya nggak? Begitu juga dengan rohani kita kalau terlalu lama nggak disiramin.
Oke, jadi ceritanya tadi siang aku sengaja buka Youtube lagi. Dan mencari satu channel faforit aku baru-baru ini. Nama channelnya adalah Nihongo Mantappu. Kenapa aku suka banget sama channel yang dikelola oleh anak-anak muda ini? Karena idenya kreatif. Informasinya terkini dan sangat bermanfaat. Juga diselingi dengan humor yang kadang sampai overdosis. Ha3x. Bisa sampai sakit perut gue akibat kebanyakan ngakak. Tapi itu yang bikin vlog-vlog mereka menarik. Coba deh kalian cek sendiri, pasti nagih. Dijamin.
Balik lagi ke topik. Setelah baca judul di atas, apa yang ada di pikiran kalian? Berhenti baca artikel ini seketika itu juga? Menutup jendela browser karena kalian rasa judulnya terkesan apaan banget gitu kan? Oke, kalian boleh lakuin apapun yang kalian suka. Itu hak kalian. Tapi aku bakal tetep lanjutin tulisan ini. Karena apa? Karena mengurungkan niat baik itu pamali. Jadi aku mau berbagi niatan yang baik di tulisan ini. Semoga boleh ya.
Oke.
Di vlog yang aku tonton, kebetulan lagi ngebahas tentang motivasi nihongo mantappu yaitu 'Jangan Menyerah'. Mirip-mirip sama judul lagu pop Indonesia sih sepertinya. Kebetulan pembicaranya cuman ada Kak Jerome aja di vlog itu. Setelah nonton vlog mereka sampai selesai, aku merasa tergerak untuk nulis ini. Bisa dibilang ini juga adalah pengingat dari Tuhan buat diriku sendiri yang Dia kirimkan lewat pemuda bernama Jerome Polin.
Dari vlog itu aku mikir, ini motivasi yang pas banget. Mengingat akhir-akhir ini aku sering ngerasa gampang nyerah sama keadaan karena udah gagal di beberapa hal. Seolah-olah rencanaku dibikin berantakan. Padahal sebenernya Tuhan inginnya bilang kalau kegagalan itu adalah tanda kalau memang Tuhan nggak pengen aku kesusahan karena menjalani itu nantinya. Seharusnya apa yang aku ucapkan sama Tuhan? Kalian yang lebih tahu harus bilang apa.
Keadaan mental di akhir bulan Oktober ini rasanya sampai bikin fisikku drop. Tapi anehnya aku nggak sakit. Badanku sehat-sehat aja. Rohaninya yang diserang. Mungkin ini disebabkan karena stres yang udah lama numpuk di badan. Toksik-toksik itu yang akhirnya menyerang psikologisku, sampai rasanya aku udah capek sama seluruh usaha yang udah aku lakukan demi ngejar cita-cita yang nggak semudah itu meraihnya. (Kok jadi curhat?)
Ada yang bilang kalau sesuatu yang baik, dapetinnya susah. Dan sebaliknya, yang mudah diraih / mudah datang pasti juga akan mudah pergi. Selama ini kalimat itu yang kupegang. Sampai di titik terlelahku, dan rasanya aku udah capai, udah pengen banget udahan aja, nyerah aja, pasrah. Secara nggak sadar aku udah melupakan gitu aja awal mula aku berjuang dulu itu karena apa? Rasanya nggak adil kalau aku nyerah sekarang. Tapi ide-ide brilliant itu rasanya mulai menjauh satu per satu. Otakku udah nggak se-kreatif dulu.
Aku udah mulai jarang nglakuin hobi, semua kesenangan yang bikin batinku bahagia udah jarang banget dan hampir nggak bisa aku lakukan karena harus disibukkan sama pekerjaan yang bukan jadi tujuan awalku. Yang bukan cita-citaku. Aku nggak cinta sama kerjaan ini, walau aku juga nggak membencinya. Ada satu pekerjaan yang aku cintai dan itu udah berakhir bulan Oktober kemarin. Aku resign. Karena kondisiku yang nggak memungkinkan kalau harus dipaksa kerja lagi setelah kerja di pagi hari dan udah cukup capai karena waktu kerja di kantor yang makan waktu 8 jam per hari. Aku bukan mesin kan gaes? Aku butuh tidur, dan makan makanan sehat, dan air bersih, dan mandi, manjain diri, nglakuin hobi, baca buku dan nulisin ini di blog. Ha3x...
Jadi buat kalian yang masih single sekarang ini, nikamatin sebaik-baiknya waktu kalian. Lakuin hobi sebanyak-banyaknya. Hidup yang berimbang antara kerja sama hobi. Biar tetep waras. Seperti aku juga. Mulai bulan November ini aku pengen nglakuin hobi-hobi itu lagi. Dan hidup yang berimbang. Biar jiwaku tetep waras. Ha3x...
Bisa kalian bayangin sendiri gimana rasanya, kerja, kerja, kerja nggak ada jeda. Tiap hari, tiap minggu, dan nggak kerasa udah tiga tahun aja. Cepet banget waktu berlalu. Dan kita tetep di sini-sini aja. Nggak move-on move-on. Dan itu bikin kepala jadi agak miring beberapa derajat dari garis khatulistiwa.
Oke, mungkin kalian belum bisa nangkep gambaran ceritaku seratus persen tapi nggak apa-apa. Karena aku sama sekali nggak berniat buat memperjelas cerita ini. Biar cuma Tuhan, aku, orangtuaku, dan beberapa teman terdekat aja yang tahu.
Sampai aku ngerasa kayak semua yang aku rencakan dengan rapi, cermat, dan detail hancur berantakan, karena Tuhan berkata 'TIDAK'. Semua rencana yang udah rapi klimis itu seolah semuanya mengucapkan selamat tinggal dan aku satu-satunya yang ditinggalin sendirian. Kalau kalian pernah ngerasain rasanya terbuang, nah ya kayak gitu rasanya. Kurang lebih.
Tapi memangnya manusia hidup di dunia itu atas kehendak siapa sih? Atas kehendaknya sendiri atau atas kehendak Tuhan?
Coba renungkan ulang.
Jadi ini sebagai reminder atau pengingat aja ya gaes supaya kalian selalu sadar dan ingat bahwa hakikat sesungguhnya kita semua ada di dunia adalah sebagai pelayan Tuhan. Mencari ridho-Nya, mematuhi segala perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan jalanin takdir-Nya, Qada' dan Qadar-Nya. Sesederhana itu sebenarnya hidup seorang hamba. Cuman seringkali pikiran kita begitu kurang ajar sama semua vonis Tuhan. Berkata bahwa semua ini nggak adil, Tuhan jahat, dan sebagainya. Buat apa sih gaes kita berlaku demikian? Buang-buang waktu tau nggak. Ngeluh, menggunjing, membandingkan hidup kita sama orang lain. Capek, tau?
Masih berpikir kalau Tuhan nggak adil? Masih berpikir kalau hidup ini nggak seindah drama televisi?
Tunggu dulu.
Sebenernya kita semua menyadari bahwa realita itu ya seperti ini. Pahit, kejam dan kadang kita nggak siap buat nerima. Nah, tepat sekali. Nggak bisa nerima takdir. Itu masalahnya.
Sekeras apapun kita mencoba, tapi sekali lagi Tuhan berkata tidak, tidak dan tidak. Apa yang kita katakan pada Tuhan? Ucapan syukur atau 'terima kasih Tuhan', begitu? Tidak, kan? Jarang sekali manusia yang berlaku demikian.
Kebanyakan mereka berkata 'Ah Tuhan ke mana sih? Pas aku lagi butuh, Tuhan ngilang' (berasa Avatar Aang, ya? Ampun, Tuhan), atau kata-kata semacam 'Katanya Maha Pemurah, Maha Kuasa, masa' permintaanku yang satu ini aja nggak dikabulkan? Tuhan nggak adil!'
Nah, kalian tahu artinya apa? Itu artinya kalian belum bisa atau nggak mau menerima kehidupan ini dengan ikhlas. Dengan tangan terbuka, dengan lapang dada, bener-bener ikhlas se-ikhlasnya sampai rasanya mau ngeluh itu kita sungkan sama Tuhan. Susah rasanya untuk berada di level itu. Ikhlas level dewa. Setuju, kan?
Apa yang Tuhan berikan, bukan yang manusia inginkan, tapi apa yang manusia itu butuhkan. Masih ingat ya kalimat ini?
Jadi kesimpulannya apa?
Kalau Tuhan tidak mengabulkan permintaan atau doa-doa kita, itu artinya Tuhan tahu bahwa kita tidak butuh itu di kehidupan ini. Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik, dan pasti kita butuhkan. Walau nggak hari itu juga, walau itu artinya kita harus lebih banyak bersabar dan menunggu giliran kita lebih lama lagi demi mengecap rasa bahagia.
Berarti selama ini kita nggak bahagia dong? Bahagia. Berlimpah ruah sebetulnya, cuman kitanya aja yang seringkali nggak nyadar. Karena apa? Karena itu tadi, gengsi bilang makasih sama Tuhan. Gengsi bersyukur.
Akar sebenarnya dari kekecewaan, kegundahan dan kebingungan kita sebenarnya adalah diri kita sendiri. Pikiran kita. Pikiran yang nggak mau nerima dengan ikhlas apa yang sudah Tuhan berikan dengan sepenuh hati. Padahal itu semua demi kebaikan kita. Tapi apa balasan kita ke Tuhan? Olokan, ya kan? Jarang sekali lisan mengucap syukur dan terima kasih. Coba biasakan untuk bilang, "Terima kasih Tuhan, kalau Engkau nggak bilang 'tidak' pasti hamba sudah celaka." Coba sekarang bilang gitu ke Tuhan. Ayo, jangan nanti.
Ironis karena sebagai hamba, kita sudah banyak sekali mengeluhkan tentang betapa menderitanya kita hari ini, padahal di belahan dunia lain banyak sekali yang bernasib jauh lebih buruk daripada kita.
Bersyukur kita masih diberi penglihatan dan bisa melihat keindahan dunia, karena mereka yang tuna netra nggak bisa.
Bersyukur kita masih diberi pendengaran, karena mereka yang tuna rungu nggak bisa mendengar suara-suara merdu alam semesta; suara hujan, suara angin, suara jengkerik, suara petir, suara nyanyian dan melodi-melodi indah yang lainnya.
Dan bersyukur bahwa kita terlahir normal sebagai manusia, karena mereka yang (maaf) masih kekurangan anggota tubuhnya ketika dilahirkan ke dunia, harus menanggung itu semua seumur hidup.
Kalian belum pernah merasakan jadi mereka dan udah mengutuk bahwa hidup ini nggak adil? Rasanya bagi mereka ini bakal terdengar jauh lebih nggak adil.
Hati-hati dalam bertutur kata. Itu aja inti pesannya.
Berusaha nerima hidup apapun bentuknya. Mau kita dilahirkan dari keluarga kaya, berkecukupan atau serba kekurangan, syukuri. Ucapkan syukur lebih banyak dari keluhan. Karena mereka yang kaya juga punya bebannya sendiri. Semua titipan Tuhan itu nantinya harus mereka pertanggungjawabkan. Selama hidup di dunia, apa harta itu bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya atau justru hanya digunakan untuk foya-foya dan pamer semata. Tuhan nggak menitipkan sesuatu yang berharga kepada kita untuk disia-siakan, bukan? Sama dengan doa-doa dan permintaan yang setiap malam kita panjatkan itu. Kalau Tuhan belum mengabulkan, itu artinya yaa kita belum cukup pantas untuk dititipi amanat. Gitu, gaes. Dan mungkin Tuhan pengen supaya kita belajar lagi, sampai dirasa cukup, dan akhirnya Tuhan memberikan itu semua ke kita, saat kita udah bener-bener siap secara lahir maupun batin. Semoga terjawab ya uneg-unegnya.
Bilang terima kasih sama Tuhan. Yang banyak terima kasihnya, masa' sekali doang?
Ketika kita mulai mengeluhkan tentang hidup kita yang begini, begitu, dan bagaimana, ingat lagi tentang saudara-saudara sesama manusia yang hidup serba kekurangan di luar sana. Kalau mereka bisa bahagia dan menerima hidup ini dengan segala kekurangannya, kenapa kita nggak bisa? Karena satu. Mulut yang lupa mengucap syukur. Udah, selebihnya memang adalah karena karakter bawaan lahir. Tapi kalau kita mau, keburukan itu bisa diubah. Asal dorongan untuk berubah menjadi lebih baik berasal dari dalam diri sendiri, bukan dari luar, dan bukan karena disuruh buat berubah. Karena hasilnya akan beda.
Sebenernya kita udah sering dapet wejangan seperti itu. Cuman terkadang kita lupa, karena memori dalam kepala udah terlalu penuh sama obsesi, masalah, dan bahkan mikirin hutang. Aduh, poin terakhir semoga nggak ya, masih muda hindari hutang. Sayang hari tuanya nanti.
Segitu dulu lah gaes dari aku.
Tulisan ini bukan cerpen, bukan juga novela. Tulisan ini aku hadirkan semata-mata karena kegelisahanku. Keprihatinan yang coba aku lukiskan di atas kanvas elektronik. Maafin ya, kalian jadi korban kegelisahanku nih...
Sekali lagi ini bukan nasihat, bukan juga wasiat terakhir. Serius sama sekali nggak ada niatan untuk sebar ceramah. Gue bukan pemuka agama, dan nggak ada keinginan ke arah sana juga.
Ini semua murni suara hati dan datang dari pikiran yang nggak ada jedanya untuk nggak gelisah dan prihatin barang semenit aja. Maafkan segala salah kata dan diksi. Memang sengaja beberapa diksi di tulisan ini aku buat nggak sesuai dengan PUEBI. Karena apa? Karena ini bukan pelajaran Bahasa Indonesia. Betul?
Jadi, bebas aja. Hidup itu dinikmatin sepuas-puasnya. Hirup oksigen sebanyak-banyaknya sebelum oksigen itu hilang dari peradaban dan kita harus beli kantong oksigen suatu hari nanti.
Ya udah, kok jadi panjang penutupannya?
Have a good day, everyone.
See you on the next post.
Cheerio.
***
Kalian bisa tonton vlog-nya nihongo mantappu yang aku bilang tadi di tautan berikut:
Jangan Menyerah! Motivasi Nihongo Mantappu.
(klik aja gaes tulisan di atas)
Semoga dapet pencerahan baru setelah nonton. Dan kalau belum cerah juga, itu artinya kalian harus beli bohlam baru. Karena udah redup dan nggak cerah lagi. #apasih 😂
Oke, jadi ceritanya tadi siang aku sengaja buka Youtube lagi. Dan mencari satu channel faforit aku baru-baru ini. Nama channelnya adalah Nihongo Mantappu. Kenapa aku suka banget sama channel yang dikelola oleh anak-anak muda ini? Karena idenya kreatif. Informasinya terkini dan sangat bermanfaat. Juga diselingi dengan humor yang kadang sampai overdosis. Ha3x. Bisa sampai sakit perut gue akibat kebanyakan ngakak. Tapi itu yang bikin vlog-vlog mereka menarik. Coba deh kalian cek sendiri, pasti nagih. Dijamin.
Balik lagi ke topik. Setelah baca judul di atas, apa yang ada di pikiran kalian? Berhenti baca artikel ini seketika itu juga? Menutup jendela browser karena kalian rasa judulnya terkesan apaan banget gitu kan? Oke, kalian boleh lakuin apapun yang kalian suka. Itu hak kalian. Tapi aku bakal tetep lanjutin tulisan ini. Karena apa? Karena mengurungkan niat baik itu pamali. Jadi aku mau berbagi niatan yang baik di tulisan ini. Semoga boleh ya.
Oke.
Di vlog yang aku tonton, kebetulan lagi ngebahas tentang motivasi nihongo mantappu yaitu 'Jangan Menyerah'. Mirip-mirip sama judul lagu pop Indonesia sih sepertinya. Kebetulan pembicaranya cuman ada Kak Jerome aja di vlog itu. Setelah nonton vlog mereka sampai selesai, aku merasa tergerak untuk nulis ini. Bisa dibilang ini juga adalah pengingat dari Tuhan buat diriku sendiri yang Dia kirimkan lewat pemuda bernama Jerome Polin.
Dari vlog itu aku mikir, ini motivasi yang pas banget. Mengingat akhir-akhir ini aku sering ngerasa gampang nyerah sama keadaan karena udah gagal di beberapa hal. Seolah-olah rencanaku dibikin berantakan. Padahal sebenernya Tuhan inginnya bilang kalau kegagalan itu adalah tanda kalau memang Tuhan nggak pengen aku kesusahan karena menjalani itu nantinya. Seharusnya apa yang aku ucapkan sama Tuhan? Kalian yang lebih tahu harus bilang apa.
Keadaan mental di akhir bulan Oktober ini rasanya sampai bikin fisikku drop. Tapi anehnya aku nggak sakit. Badanku sehat-sehat aja. Rohaninya yang diserang. Mungkin ini disebabkan karena stres yang udah lama numpuk di badan. Toksik-toksik itu yang akhirnya menyerang psikologisku, sampai rasanya aku udah capek sama seluruh usaha yang udah aku lakukan demi ngejar cita-cita yang nggak semudah itu meraihnya. (Kok jadi curhat?)
Ada yang bilang kalau sesuatu yang baik, dapetinnya susah. Dan sebaliknya, yang mudah diraih / mudah datang pasti juga akan mudah pergi. Selama ini kalimat itu yang kupegang. Sampai di titik terlelahku, dan rasanya aku udah capai, udah pengen banget udahan aja, nyerah aja, pasrah. Secara nggak sadar aku udah melupakan gitu aja awal mula aku berjuang dulu itu karena apa? Rasanya nggak adil kalau aku nyerah sekarang. Tapi ide-ide brilliant itu rasanya mulai menjauh satu per satu. Otakku udah nggak se-kreatif dulu.
Aku udah mulai jarang nglakuin hobi, semua kesenangan yang bikin batinku bahagia udah jarang banget dan hampir nggak bisa aku lakukan karena harus disibukkan sama pekerjaan yang bukan jadi tujuan awalku. Yang bukan cita-citaku. Aku nggak cinta sama kerjaan ini, walau aku juga nggak membencinya. Ada satu pekerjaan yang aku cintai dan itu udah berakhir bulan Oktober kemarin. Aku resign. Karena kondisiku yang nggak memungkinkan kalau harus dipaksa kerja lagi setelah kerja di pagi hari dan udah cukup capai karena waktu kerja di kantor yang makan waktu 8 jam per hari. Aku bukan mesin kan gaes? Aku butuh tidur, dan makan makanan sehat, dan air bersih, dan mandi, manjain diri, nglakuin hobi, baca buku dan nulisin ini di blog. Ha3x...
Jadi buat kalian yang masih single sekarang ini, nikamatin sebaik-baiknya waktu kalian. Lakuin hobi sebanyak-banyaknya. Hidup yang berimbang antara kerja sama hobi. Biar tetep waras. Seperti aku juga. Mulai bulan November ini aku pengen nglakuin hobi-hobi itu lagi. Dan hidup yang berimbang. Biar jiwaku tetep waras. Ha3x...
Bisa kalian bayangin sendiri gimana rasanya, kerja, kerja, kerja nggak ada jeda. Tiap hari, tiap minggu, dan nggak kerasa udah tiga tahun aja. Cepet banget waktu berlalu. Dan kita tetep di sini-sini aja. Nggak move-on move-on. Dan itu bikin kepala jadi agak miring beberapa derajat dari garis khatulistiwa.
Oke, mungkin kalian belum bisa nangkep gambaran ceritaku seratus persen tapi nggak apa-apa. Karena aku sama sekali nggak berniat buat memperjelas cerita ini. Biar cuma Tuhan, aku, orangtuaku, dan beberapa teman terdekat aja yang tahu.
Sampai aku ngerasa kayak semua yang aku rencakan dengan rapi, cermat, dan detail hancur berantakan, karena Tuhan berkata 'TIDAK'. Semua rencana yang udah rapi klimis itu seolah semuanya mengucapkan selamat tinggal dan aku satu-satunya yang ditinggalin sendirian. Kalau kalian pernah ngerasain rasanya terbuang, nah ya kayak gitu rasanya. Kurang lebih.
Tapi memangnya manusia hidup di dunia itu atas kehendak siapa sih? Atas kehendaknya sendiri atau atas kehendak Tuhan?
Coba renungkan ulang.
Jadi ini sebagai reminder atau pengingat aja ya gaes supaya kalian selalu sadar dan ingat bahwa hakikat sesungguhnya kita semua ada di dunia adalah sebagai pelayan Tuhan. Mencari ridho-Nya, mematuhi segala perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan jalanin takdir-Nya, Qada' dan Qadar-Nya. Sesederhana itu sebenarnya hidup seorang hamba. Cuman seringkali pikiran kita begitu kurang ajar sama semua vonis Tuhan. Berkata bahwa semua ini nggak adil, Tuhan jahat, dan sebagainya. Buat apa sih gaes kita berlaku demikian? Buang-buang waktu tau nggak. Ngeluh, menggunjing, membandingkan hidup kita sama orang lain. Capek, tau?
Masih berpikir kalau Tuhan nggak adil? Masih berpikir kalau hidup ini nggak seindah drama televisi?
Tunggu dulu.
Sebenernya kita semua menyadari bahwa realita itu ya seperti ini. Pahit, kejam dan kadang kita nggak siap buat nerima. Nah, tepat sekali. Nggak bisa nerima takdir. Itu masalahnya.
Sekeras apapun kita mencoba, tapi sekali lagi Tuhan berkata tidak, tidak dan tidak. Apa yang kita katakan pada Tuhan? Ucapan syukur atau 'terima kasih Tuhan', begitu? Tidak, kan? Jarang sekali manusia yang berlaku demikian.
Kebanyakan mereka berkata 'Ah Tuhan ke mana sih? Pas aku lagi butuh, Tuhan ngilang' (berasa Avatar Aang, ya? Ampun, Tuhan), atau kata-kata semacam 'Katanya Maha Pemurah, Maha Kuasa, masa' permintaanku yang satu ini aja nggak dikabulkan? Tuhan nggak adil!'
Nah, kalian tahu artinya apa? Itu artinya kalian belum bisa atau nggak mau menerima kehidupan ini dengan ikhlas. Dengan tangan terbuka, dengan lapang dada, bener-bener ikhlas se-ikhlasnya sampai rasanya mau ngeluh itu kita sungkan sama Tuhan. Susah rasanya untuk berada di level itu. Ikhlas level dewa. Setuju, kan?
Apa yang Tuhan berikan, bukan yang manusia inginkan, tapi apa yang manusia itu butuhkan. Masih ingat ya kalimat ini?
Jadi kesimpulannya apa?
Kalau Tuhan tidak mengabulkan permintaan atau doa-doa kita, itu artinya Tuhan tahu bahwa kita tidak butuh itu di kehidupan ini. Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik, dan pasti kita butuhkan. Walau nggak hari itu juga, walau itu artinya kita harus lebih banyak bersabar dan menunggu giliran kita lebih lama lagi demi mengecap rasa bahagia.
Berarti selama ini kita nggak bahagia dong? Bahagia. Berlimpah ruah sebetulnya, cuman kitanya aja yang seringkali nggak nyadar. Karena apa? Karena itu tadi, gengsi bilang makasih sama Tuhan. Gengsi bersyukur.
Akar sebenarnya dari kekecewaan, kegundahan dan kebingungan kita sebenarnya adalah diri kita sendiri. Pikiran kita. Pikiran yang nggak mau nerima dengan ikhlas apa yang sudah Tuhan berikan dengan sepenuh hati. Padahal itu semua demi kebaikan kita. Tapi apa balasan kita ke Tuhan? Olokan, ya kan? Jarang sekali lisan mengucap syukur dan terima kasih. Coba biasakan untuk bilang, "Terima kasih Tuhan, kalau Engkau nggak bilang 'tidak' pasti hamba sudah celaka." Coba sekarang bilang gitu ke Tuhan. Ayo, jangan nanti.
Ironis karena sebagai hamba, kita sudah banyak sekali mengeluhkan tentang betapa menderitanya kita hari ini, padahal di belahan dunia lain banyak sekali yang bernasib jauh lebih buruk daripada kita.
Bersyukur kita masih diberi penglihatan dan bisa melihat keindahan dunia, karena mereka yang tuna netra nggak bisa.
Bersyukur kita masih diberi pendengaran, karena mereka yang tuna rungu nggak bisa mendengar suara-suara merdu alam semesta; suara hujan, suara angin, suara jengkerik, suara petir, suara nyanyian dan melodi-melodi indah yang lainnya.
Dan bersyukur bahwa kita terlahir normal sebagai manusia, karena mereka yang (maaf) masih kekurangan anggota tubuhnya ketika dilahirkan ke dunia, harus menanggung itu semua seumur hidup.
Kalian belum pernah merasakan jadi mereka dan udah mengutuk bahwa hidup ini nggak adil? Rasanya bagi mereka ini bakal terdengar jauh lebih nggak adil.
Hati-hati dalam bertutur kata. Itu aja inti pesannya.
Berusaha nerima hidup apapun bentuknya. Mau kita dilahirkan dari keluarga kaya, berkecukupan atau serba kekurangan, syukuri. Ucapkan syukur lebih banyak dari keluhan. Karena mereka yang kaya juga punya bebannya sendiri. Semua titipan Tuhan itu nantinya harus mereka pertanggungjawabkan. Selama hidup di dunia, apa harta itu bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya atau justru hanya digunakan untuk foya-foya dan pamer semata. Tuhan nggak menitipkan sesuatu yang berharga kepada kita untuk disia-siakan, bukan? Sama dengan doa-doa dan permintaan yang setiap malam kita panjatkan itu. Kalau Tuhan belum mengabulkan, itu artinya yaa kita belum cukup pantas untuk dititipi amanat. Gitu, gaes. Dan mungkin Tuhan pengen supaya kita belajar lagi, sampai dirasa cukup, dan akhirnya Tuhan memberikan itu semua ke kita, saat kita udah bener-bener siap secara lahir maupun batin. Semoga terjawab ya uneg-unegnya.
Bilang terima kasih sama Tuhan. Yang banyak terima kasihnya, masa' sekali doang?
Ketika kita mulai mengeluhkan tentang hidup kita yang begini, begitu, dan bagaimana, ingat lagi tentang saudara-saudara sesama manusia yang hidup serba kekurangan di luar sana. Kalau mereka bisa bahagia dan menerima hidup ini dengan segala kekurangannya, kenapa kita nggak bisa? Karena satu. Mulut yang lupa mengucap syukur. Udah, selebihnya memang adalah karena karakter bawaan lahir. Tapi kalau kita mau, keburukan itu bisa diubah. Asal dorongan untuk berubah menjadi lebih baik berasal dari dalam diri sendiri, bukan dari luar, dan bukan karena disuruh buat berubah. Karena hasilnya akan beda.
Sebenernya kita udah sering dapet wejangan seperti itu. Cuman terkadang kita lupa, karena memori dalam kepala udah terlalu penuh sama obsesi, masalah, dan bahkan mikirin hutang. Aduh, poin terakhir semoga nggak ya, masih muda hindari hutang. Sayang hari tuanya nanti.
Segitu dulu lah gaes dari aku.
Tulisan ini bukan cerpen, bukan juga novela. Tulisan ini aku hadirkan semata-mata karena kegelisahanku. Keprihatinan yang coba aku lukiskan di atas kanvas elektronik. Maafin ya, kalian jadi korban kegelisahanku nih...
Sekali lagi ini bukan nasihat, bukan juga wasiat terakhir. Serius sama sekali nggak ada niatan untuk sebar ceramah. Gue bukan pemuka agama, dan nggak ada keinginan ke arah sana juga.
Ini semua murni suara hati dan datang dari pikiran yang nggak ada jedanya untuk nggak gelisah dan prihatin barang semenit aja. Maafkan segala salah kata dan diksi. Memang sengaja beberapa diksi di tulisan ini aku buat nggak sesuai dengan PUEBI. Karena apa? Karena ini bukan pelajaran Bahasa Indonesia. Betul?
Jadi, bebas aja. Hidup itu dinikmatin sepuas-puasnya. Hirup oksigen sebanyak-banyaknya sebelum oksigen itu hilang dari peradaban dan kita harus beli kantong oksigen suatu hari nanti.
Ya udah, kok jadi panjang penutupannya?
Have a good day, everyone.
See you on the next post.
Cheerio.
***
Kalian bisa tonton vlog-nya nihongo mantappu yang aku bilang tadi di tautan berikut:
Jangan Menyerah! Motivasi Nihongo Mantappu.
(klik aja gaes tulisan di atas)
Semoga dapet pencerahan baru setelah nonton. Dan kalau belum cerah juga, itu artinya kalian harus beli bohlam baru. Karena udah redup dan nggak cerah lagi. #apasih 😂
Cerah banget udah😉
BalasHapusMakasih😇
🤣🤣🤣
HapusSama-sama kak Isnania...
Inspirasi banget Dymar. Terimakasih. Ini seperti tamparan sekaligus oase bagiku.
BalasHapusAlhamdulillah kalo bisa kasih manfaat mbak Wid. Sama2... 😘😊
Hapus