Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Sister Shark Doo Doo

Bukan kakak adik namanya kalau antara satu sama lain nggak punya kemiripan. Ambil contoh nggak usah jauh-jauh, adik perempuan gue sendiri. Namanya Helen. Lengkapnya panjang deh dan agak belibet. Aku dan dia punya nama depan yang sama. Semacam nama keluarga gitu, tapi ayah naruhnya di depan. Dulu, waktu dia masih kecil, aku suka panggil dia dengan sebutan "Hel". Karena tingkah polahnya yang "Hell" (neraka) abis itu. Bikin naik darah tiap kali jagain dia waktu masih SD. Seiring waktu berlalu, dia sedikit demi sedikit udah kembali ke jalan yang benar dan nggak nakal lagi. Jadi sekarang gue panggil dia Heli. (guk guk guk dong?) Gue panggil dia dengan sebutan normal. Helen. Sekelumit dialog absurd kami sore ini, akan gue tuang ke layar ini. Udah lama banget jari gue nggak curhat di Dunia Dymar. Okay then, here we go... Selain nama kami berdua yang mirip di depan, kami juga punya satu kesamaan lagi. Sama-sama bermulut pedas. Lidah memang tak bertulang, kawan. Kalau ...

Pekatku

Haruskah ku berlari? Jauh. Menepi. Terseok. Jatuh tersungkur. Haruskah ku meratapi? Keluh. Maki. Onak duri. Cekat napas. Menyiksa diri. Haruskah ku membisu? Menghalau sedih, tak semudah menghapus buih. Menghalau hitam, tak semudah menguras air kolam. Mengapa segala hal begitu rumit? Pekatku kembali mengadu. Salahkah ku hidup? Bertahan, terseok diantara duri maki dan ironi. Kenapa aku hidup? Menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Begitukah sejatinya inti kehidupanku? Asal engkau tahu, aku bukanlah makhluk fotosintesis. Aku makhluk genetis. Pekatku menjerit. Sekali, dua kali, hingga seribu kali. Namun mereka semua tuli. Salahkah aku tinggal? Sejatinya tempat apa ini? Semua penghuninya bungkam. Tak mampu menjabarkan abstrak itu. Kenapa harus ada hal ini? Kenapa harus ada hal itu? Mengapa harus terjadi hal ini? Mengapa harus terjadi hal itu? Aku tak ingin begini, pun juga tak ingin begitu. Sejatinya apa mauku? Haruskah ku bertahan? De...

Review "Catch My Dream"

Berikut beberapa masukan yang ingin saya sampaikan kepada Mbak Riendra, terkait tulisan yang berjudul "Catch My Dream". Semoga bermanfaat. 1. Mistyping (Kesalahan sewaktu pengetikan) Terdapat pada beberapa paragraf. Misalnya paragraf keempat kalimat kedua, pada kata "kie" yang seharusnya berbunyi "kue". Paragraf keenam kalimat pertama, pada kata "dsertai" yang seharusnya menjadi "disertai". Paragraf ketujuh kalimat pertama, pada kata "diawan" yang seharusnya dipisah penulisannya sebab bukan kata kerja pasif. Selanjutnya, masih di paragraf ketujuh kalimat pertama, pada kata "tertutupir" yang seharusnya menjadi "tertutupi". Paragraf ketujuh kalimat kedua, pada kata "terbesit" yang seharusnya menjadi "terbersit". Paragraf delapan kalimat pertama, pada kata "Batang" yang huruf awalnya seharusnya ditulis dengan huruf kecil, sehingga menjadi "batang". Masih paragraf del...

Gaya Menulis

Gambar
Cuplikan R.I.P (Rest In Promise) chapter 14. Oleh: Dymar Mahafa *** “Kenapa nggak masuk? Masih musuhan sama Yudhis?” tanya Restia. Mereka berdua kini tengah duduk di bangku koridor rumah sakit yang agak jauh dari kamar Yudhis. “Sudah ada Arum Mbak di dalam.” jawab Juna. “Memangnya kenapa? Bukannya kalian bertiga akrab?” “Aku nggak bisa ganggu hubungan mereka sekarang.” “Ah, begitu rupanya. Jadi, kamu belum mengaku ya di depan dia?” Restia tergelak. “Maksud Mbak mengakui apa?” “Ya, mengakui keduanya. Pertama, mengakui bahwa kamu adalah teman masa kecilnya. Kedua, mengakui bahwa kamu mencintainya. Benar, kan?” Juna diam saja. “Sudah ku duga. Tebakanku memang nggak pernah meleset.” “J-jadi… Mbak Rere tadi cuma nebak?” Juna menatap nanar pada dokter muda di sebelahnya. Ia merasa sudah dipermainkan. Juna mendesah kecewa. Ia malu perasaannya terbongkar dengan nista seperti ini. Restia tergelak. Ia tertawa lepas. “Kenapa? Mbak yakin bukan Yud...

Cara Mengatasi Sindrom Writer’s Block Versi Dymar Mahafa

Apa yang terjadi jika tiba-tiba berdiri dengan megahnya tembok tinggi yang menghalangi langkah kita ke depan? Tembok tinggi itu bernama jalan buntu. Dalam hal ini adalah sesuatu yang menghambat seorang penulis untuk memulai tulisannya. Ide? Kemana perginya ide itu ketika sangat dibutuhkan? Ironisnya, ide hanya akan datang saat kita tidak mengharapkannya. Dan pergi menjauh saat kita benar-benar mengidamkannya. Seperti cinta. (Atau Avatar, ya? Ah entahlah.) Satu hal yang pasti. Semua penulis, baik itu yang sudah lama kondang, setengah kondang, akan tenar, atau masih berwujud daun muda, semua pasti tidak mampu berkutik ketika dihadapkan pada jalan buntu. Yang oleh para pakar bidang kepenulisan menyebutnya dengan istilah Writer’s Block. Apa itu Writer’s Block? Writer’s Block atau WB adalah suatu keadaan dimana tiba-tiba dan seketika semua ide dalam kepala serasa mati, muksa , musnah entah kemana. Dan kita tidak bisa mengatasinya dengan sigap. Bengong. Dan membuat ayam teta...

Kenihilanku

Ketika aku terdiam. Renungan mengikat memori ingatanku. Dan untuk kesekian kalinya aku bertanya pada pantulan diriku yang lain. Siapa aku? Ketika aku bungkam. Entah tak tahu arah. Tak tahu jalan pulang. Dan untuk kesekian kalinya aku berkata pada percik air yang tengah menyandera bayang-bayangku. Apakah aku ini? Ketika aku terbangun dari mimpi burukku di malam hari. Tak satupun memori hitam itu sudi pergi dari alam bawah sadarku. Dan saat semua orang menguliti kekuranganku dan menikamku dari belakang, untuk kesekian kalinya aku mengadu kepada angin. Untuk apa aku di sini? Saat semua nampak abu-abu. Berdiri di antara garis hitam dan putih. Menggelar permadani berbalut luka. Mengukir pahat patung bernama manusia. Untuk kesekian kalinya aku meneriaki matahari tenggelam. Kenapa tak kau ajak aku tenggelam bersamamu? Jangan tinggalkan aku mematung di sini! Saat aku memohon. Permohonanku bagai debu tak berarti. Yang hanya akan dipandang tak penting. Tak punya harapan, bahkan setitik k...

Kunci Aku!

Gambar
"Kunci aku!" Pekikan tertahan itu berasal dari Fa. Begitulah ia biasa disapa. Hanya sesingkat itu. Fa. Suara gadis itu terdengar parau. Entahlah, tak biasanya ia memproduksi warna suara yang demikian. Mungkin efek dari panik. Atau karena flu-nya pagi ini. Frekuensi suara Fa memang tidak pernah naik melebihi gelombang infrasonik. Bahkan saat panik sekalipun. Tak heran, hanya telinga-telinga yang peka saja yang bisa mendengar suara kalemnya itu. Dan kebetulan telinga Kei sedang peka siang ini. Kei tahu. Fa bukan tengah membaca judul puisi. Atau mendeklamasikan isi hatinya. Atau memerintah. Tidak. Bukan itu. Kei tahu. Namun ia diam saja. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia tidak mendengar suara Fa. Namun malaikat Atid mendengar sumpah palsu Kei. Malaikat Atid merekam menggunakan smartphone canggih pemberian Tuhan. Dehaman, jeda, titik, koma, semua terekam abadi disana. Kei melirik kantong celana sebelah kiri, kemudian merabanya. Maaf Fa, aku terpaksa mengambil ini... Ke...

Coretan Antah Berantah

"Never Flat" Hari ini hari terakhir Ramadhan di tahun ayam api 2017. Entah apa yang 'merasuki' pikiran Anak Baru Gede ini. Mungkin karena efek terlalu kekinian yang melebihi batas maksimal. Beberapa hari ini anak itu sering salah mengartikan suatu istilah atau pengertian dari penyebutan suatu istilah. "Never Flat." Tiba-tiba adik perempuan semata wayang menyeletuk. Dengan logat ala British yang dilebih-lebihkan. Tapi pelafalannya betul. Seketika itu gue tergelak. "Apanya yang Never Flat?" tanya gue sembari mengoperasikan smartphone . "Bukan apa-apa. Mbak jangan kudet deh. Hari gini nggak tau Never Flat." kata dia sambil meneruskan permainan Who Wants To Be A Millionaire di laptop gue. "Emang apa artinya?" gue udah curiga pasti bentar lagi jawabannya nggak beres. "Never Flat itu nama jajan itu, lho. Ih, masa nggak tau sih." See? I told you, she is —err... she has different sense. (Read: absurd) Lihat ...