Teror
Akal menepis tuntutan Berteduh dari derasnya hujan hujatan Yang tetes-tetes normanya menusuk pori-pori Desau-desau ritmenya mengikis kulit ari Tempoku tak sejalan dengan iramanya Melambat, serupa keran mampat Petir menyambar, asaku pergi menginjak duri Tak acuh akan percik pola pikir yang mengotori harga diri Akibat gilasan repet ban ambisi Waskita berjinjit, anggai mengernyit Idealisme belum sembuh, egoisme masih kambuh Falsafahku terhimpit, filsafatku terjangkit Teori-teori bestari hilir mudik dalam kanal eustachius Menyisakan ampas lengket serupa cerumen Sebentuk antibodi penghalau dalih, penawar racun kabar angin Kilat menguar bak pendar dari titik zenith Seperti pelangi, ah, tidak, bukan pelangi Pendar menembus titik nadir Menciptakan gelombang bah Melengkung, menggulung gunung obsesi, lisan kurang budi, lagi akal penuh ambisi Dihempaskan, dimuntahkan kembali Asaku lari, kakinya berdarah Bekas tancapan duri masih tinggal abadi *** Oleh : Dymar Mahafa