Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Ketidakproduktifan

Halo. Gue ingin sekadar mengutip kalimat yang tiba-tiba terlintas di benak gue kemarin, "Menikmati ketidakproduktifan dengan cara yang produktif." Seminggu udah berlalu dan gue hanya menghabiskan separuh dari total libur kerja di akhir tahun ini dengan melakukan hal-hal kurang (jika tidak ingin dikatakan "sama sekali tidak") produktif. Bangun tidur, mandi (itupun udah siang karena kebiasaan kalo libur tiba-tiba gue berubah menjadi makhluk anti-air di pagi hari), makan, nonton reality show, jelajah internet ---entah untuk sekadar buka sosmed, nyari lagu-lagu di player online atau iseng ngehabisin paket youtube unlimited, rebahan seharian, tidur siang, nontonin film-film lama koleksi laptop yang kayaknya udah waktunya minta diinstal ulang, makan lagi, dan akhirnya tidur lagi di malam harinya. Begitu terus sampai seminggu ini, walau hari Rabu sampai Jumat kemarin sempat kena piket sih di kantor. Dan itu malah semakin membuat gue menjadi lebih tidak produktif. Ket...

Yang Paling Menyakitkan

Kau tahu tidak hal apa yang paling menyakitkan? Saat kekasihmu lebih memilih bersama orang lain? Tidak, bukan itu. Atau saat ibu dan ayahmu sering bertengkar mulut setiap ada kesempatan? Ya itu memang menyakitkan, tapi tidak, bukan itu. Hal yang paling menyakitkan adalah ketika salah satu dari orang terdekatmu berkata, "Nggak apa-apa ya, kamu jalani dua hal itu. Nikmati." Tanpa sedikitpun berniat untuk bertanya terlebih dahulu bagaimana pendapatmu tentang menjalani dua hal dalam satu waktu. Ironisnya, kalimat itu terlontar dari mulut orangtuamu sendiri. Sialnya, mereka sama sekali tidak berniat untuk mendengarkan tentang apa rasanya menjadi dirimu yang sekarang. Menjadi seseorang yang terhimpit oleh ego orang yang paling ingin kau beri bakti adalah bagai disuruh memilih ingin hidup atau mati. Dengan senyum merekah, mereka berjudi di atas pilihan-pilihan dan pencapaian dalam hidupmu. Tanpa memikirkan betapa remuknya menjadi hati yang ingin berbakti, namun kaki ta...

L.D.R (Long Distance Relation-shit)

Hubungan seperti apa yang ingin kita bina Jika pada akhirnya harus berakhir seperti hukum Coulomb Seperti saat muatan negatif bertemu muatan positif yang terpaut jarak seribu depa Gaya tarik menarik yang dihasilkan akan semakin melemah, bukan? Dilihat dari sudut mana saja Hubungan ini sakit jiwa Jadi, hubungan macam apa yang ingin kita bina jika raga saja terpisah benua? Dan dengan bodohnya percaya bahwa jiwa bisa setia selamanya Bodoh Jiwa kita sakit Tolol Raga kita ikut terjangkit iritasi kulit Sudah terlalu sering ditumbuhi lumut Alergi kerinduan yang sudah akut Divonis memasuki stadium akhir Sudah semestinya kita patuhi hukum Coulomb itu dengan benar, bukan? Bagaimanapun muatan positif harus bertemu muatan negatif dalam jarak yang nihil Supaya gaya tarik yang dihasilkan semakin menguat Lekat menempel seperti hewan pengerat yang masuk jebak perekat Seperti jari tengah dan jari manis yang selamanya terjebak di antara telunjuk dan kelingking Bahkan bisa jadi s...

Dilema Pendidikan di Jaman Now

Bicara soal pendidikan, selalu saja membuat hati saya tergerak untuk mengabadikan pemikiran yang cukup rumit ini ke dalam sebuah tulisan, yang semoga bisa memberi manfaat untuk kita semua nantinya. (Amin) Tak bisa dipungkiri lagi jika sebagai seorang guru atau orangtua ataupun tenaga pendidik sederajat, mau tidak mau harus dihadapkan pada jaman teknologi yang mana anak-anak didik kita juga terlibat di dalam perkembangan milenial tersebut. Dan ironisnya, entah karena pengaruh teknologi/ gadget ataukah karena faktor lingkungan keluarga, teman sepermainan, atau mungkin faktor-faktor pendukung lainnya yang pada akhirnya membentuk karakter anak-anak generasi milenial menjadi bertolak belakang dan tidak seperti generasi sebelumnya. Nah, melalui tulisan ini saya akan mencoba untuk mengupasnya bersama teman-teman sejawat. Kira-kira apa pemicu sebenarnya dari perilaku kids jaman now yang selalu saja membuat resah para pendidik dalam mendidik mereka? Simak hasil diskusi kami, ya. Sebelum i...

Ujian Jaman Now

Tiba-tiba terpikirkan untuk menulis sepenggal pemikiran ini di sini. Iya, di sini. Pernah suatu ketika, aku tak sengaja mencuri dengar pembicaraan orang-orang kantor, dengan headline : MASALAH. Entah itu masalah keluarga, masalah yang bersumber dari diri sendiri, masalah kantor, masalah anak didik, masalah finansial, masalah rumah tangga, dan beberapa musibah lain yang menimpa masing-masing dari mereka. Pernah juga aku mengalami ujian serupa walau tak persis sama. Biarkan aku menyebutnya dengan Ujian Jaman Now. Boleh, ya? Ini hasil renungan yang berhasil aku kumpulkan dari banyak sumber yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu di sini. Karena alasan klise: sudah lupa. Banyak dari mereka yang mengeluhkan mengapa hidupnya seperti ini, mengapa seperti itu. Mengapa ujian kehidupanku terasa jauh lebih berat dari ujianmu? Begitu pula mereka menanyakan pertanyaan yang sebaliknya. Dari lisan-lisan mereka aku belajar banyak hal, bahwa dalam bentuk yang seperti apapun dan bagaimanapun,...

Baca Ini : Merasa Orang Lain Mengusik Goal Anda?

Berapa tahun usia anda di tahun 2018 ini? Berapapun itu, saya tidak bermaksud mengusik privasi anda dengan lancang menanyakan umur. Tetapi yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa jika usia anda memasuki rentang dewasa awal (18 - 40 tahun), itu artinya anda sedang memasuki masa-masa rentan tertekan dengan hentakan-hentakan dalam hidup anda. Apakah betul anda merasa demikian? Rasanya seperti dipojokkan oleh opini seseorang, merasa mudah sekali tersinggung oleh candaan yang kurang sesuai dengan suasana hati anda, atau yang lebih parah merasa begitu terusik dengan lisan orang lain yang rasa-rasanya mengganggu pencapaian anda/ goal yang sedang anda bangun dengan susah payah, dan mungkin sedang anda perjuangkan sampai hari ini dan belum tercapai. Baik, jika anda memang merasa demikian, itu hal yang normal. Semua orang mengalami hal serupa, termasuk saya. Di usia yang sudah melewati seperempat abad, saya seringkali dihadapkan dengan judgement orang-orang tentang apa yang saat ...

Cewek Selalu Benar

Pada suatu Kamis di suatu Sekolah Menengah Pertama Negeri, Suto mengadu kepada Bu Kristin, guru agama kristen. "Bu, saya itu sudah cukup bersabar di kelas. Tapi mau gimana lagi kemarin saya terpaksa bertengkar mulut sama si Martha itu." kata Suto. "Iya, Bu. Bener itu. Saya saksinya." sesekali Noyo menimpali. Tak ada tanggapan dari Bu Kristin. Beliau tetap khusyuk mendengarkan aduan Suto. "Dia itu suka seenaknya sendiri, Bu. Waru, sebagai ketua kelas, aja sampai kewalahan sama sikapnya dia. Dia itu kalo ditegur marah-marah, tapi giliran negur temennya wuih udah kayak mandor kuli bangunan. Bentak-bentak gitu, Bu." Suto berhenti, memberi kesempatan Waru untuk membenarkan perkataannya. "Ya begitulah, Bu. Cewek selalu benar." timpal Waru. Grace yang ada di sebelah Bu Kristin hanya senyum-senyum saja. Agaknya sebagai sesama perempuan, ia merasa tertohok juga dengan kalimat Waru. Mereka berempat menunggu respon Bu Kristin. "Ya kalau b...

Baca Ini: Bagi Kalian yang Masih Belum Ikhlas Menerima Hidup

Nasihat atau sederet kalimat yang memotivasi sudah menjamur di mana-mana. Saking seringnya dilontarkan, sampai sering kali kita lupa dan melewatkan pelajaran hidup di hari itu. Padahal nggak hanya jasmani kita saja yang butuh makanan bergizi, rohani juga butuh. Ibarat tanaman kalau jarang disiram dan diberi makanan pupuk, apa yang terjadi? Layu, kering lalu mati. Ya nggak? Begitu juga dengan rohani kita kalau terlalu lama nggak disiramin. Oke, jadi ceritanya tadi siang aku sengaja buka Youtube lagi. Dan mencari satu channel faforit aku baru-baru ini. Nama channelnya adalah Nihongo Mantappu. Kenapa aku suka banget sama channel yang dikelola oleh anak-anak muda ini? Karena idenya kreatif. Informasinya terkini dan sangat bermanfaat. Juga diselingi dengan humor yang kadang sampai overdosis. Ha3x. Bisa sampai sakit perut gue akibat kebanyakan ngakak. Tapi itu yang bikin vlog-vlog mereka menarik. Coba deh kalian cek sendiri, pasti nagih. Dijamin. Balik lagi ke topik. Setelah baca judul d...

DAKON

Hari ini hujan kedua di bulan November 2018. Tiba-tiba setelah capai bersenandung tembang-tembang K-Pop, adik saya menyeletuk. Ia mengajukan satu pertanyaan yang membuatku tertawa lepas. "Mbak?" panggilnya menggunakan intonasi yang diliuk-liukkan. "Hm?" " Nduwe dolanan dakon ?" artinya, apa punya mainan dakon? Terkejut nggak kalian jika ada yang bertanya demikian? Begitupun denganku. Aku terpingkal. Tak menyangka adikku akan melontarkan pertanyaan itu. Mengapa aku terbahak ketika mendengar pertanyaan itu? Karena ini tahun 2018, guys. Kids jaman now bagian mana yang akan memilih bermain dakon untuk mengisi waktu luangnya? Aku rasa prosentasenya ada di angka nol persen. Aku jadi salut dengan si adik. Jempol dua untuk dia.  Sekedar informasi bagi yang belum tahu apa itu permainan dakon, berikut gambaran alatnya seperti bisa kalian lihat pada tautan di bawah ini: Apa itu permainan dakon? Apakah kalian juga pernah bermain dakon?Bagaimana kalian...

Part 3 (bonus): Obrolan Receh Kelas Nulis Malam Minggu Bareng Daruz

___________________________________ "Cicit cuit burung bernyanyi, Kok kok petok ayam berkokok, Siap-siap ketawa ketiwi, Obrolan receh siap dicangkok." ___________________________________ Biarkan sebait pantun 'receh' di atas mengawali penulisan artikel yang nggak kalah receh pada hari ini. (dan biarkan dirinya bersama yang lain, #apasih) Halo saudaraku sebangsa setanah air. Apa kabar nih projek nulisnya? Semoga masih tetep istiqomah, ya. Amin. 😊 (#apasih) Nah, sesuai janji sebelumnya, di kesempatan kali ini saya, Dymar Mahafa, selaku notulen dadakan kelas NAC (#cit cuwit ngaku2, padahal bukan), akan membeberkan sederet fakta unik (baca: aib) dari hasil diskusi malam minggu kampus Nulis Aja Community (NAC) tertanggal 27 Oktober 2018, bareng seorang cerpenis kondang: Daruz Armedian. Langsung aja, yuk. Ikan tenggiri, marilah kemari... 📚📖📔🔖 Fakta unik numero uno delicioso: "Kak Wqwq" _______________________________...