Dia Dan Alegori
Pagi kembali mengundang mimpi ke laut. Sebelum matahari pertama dan buku jemari sempat menghangat Yang di dalamnya ada ruangan kosong semacam tabung kaca segi lima Tempat dia dan alegori tukar belati Saling menusukkan dengki ke arteri Sementara dendam gelar ironi Dikirimkan pasukan ombak dan taifun Semua yang bicara adalah pembohong Omong kosong apalagi yang dikata mulut kepada hati. Mengiris lembaran kemarin Yang coba lari dari sembrani. Laut, bagaimana mimpi bisa melambung, bila kepala tak lagi mendengar sabda nurani? Ada yg layu dari garis tawa Yang dilekatkan di paras lupa dalam gulungan kitab ulama Kepada tuna wisma - dia berdoa Tunjuki kami tempat bernaung Sebelum habis masa berkabung Hingga puing mendirikan istana Tanpa sidik jari Kediri, 20 September 2019. 13:22 WIB