Airport Proposal #4
#4 Flight (Janta's mind) 14:50 WITA. Siang itu menunjukkan pukul tiga kurang sepuluh menit waktu Bali. Aku termenung di pelataran teras rumah peninggalan almarhum Bapa . Sesekali ku pandangi sebuah smartphone di atas meja di hadapanku. Gelenyar-gelenyar aneh menyergap. Kemudian disusul ragu. Telfon, tidak, telfon, tidak, telfon, tidak, telfon, tidak. Batinku mengeja gamang dua opsi paling rumit yang pernah ada, dengan bantuan jemari tangan. Urusan asmara memang merepotkan. Hayati lelah, namun hati tak kuasa menyumpah. Dalam hitungan delapan jari aku menentukan pilihan. Dan hasilnya selalu jatuh pada pilihan 'tidak'. Berapa kali pun aku mengulanginya, hasilnya tetaplah 'tidak'. Ah, aku frustrasi. Apa yang sebaiknya aku lakukan? Aku butuh quick advice sekarang juga. Sebuah nasihat kilat yang masuk akal tentang demam merah jambu ini. Kepada siapa aku bisa mendapatkannya? Ku pandangi bangunan batu pura kecil...