A.A.D.C #13
Ada Apa Dengan si Cyber-a-holic?
#13
“Mengerti?!” seru Pak
Mul setelah menjelaskan panjang lebar kepada dua orang murid di depannya
tentang hukuman yang harus mereka laksanakan pagi ini.
Dua orang murid di
depannya mengangguk pasrah. Mereka berdua masing-masing membawa peralatan untuk
membersihkan toilet.
“Sudah, sekarang
cepat kerjakan.” kata Pak Mul seraya berlalu meninggalkan Sera dan Siska yang
tengah menunduk pasrah di depan pintu toilet sekolah.
Sera dan Siska
melaksanakan hukuman mereka dalam kebisuan. Mereka bahkan enggan saling
bertegur sapa.
Lama berselang.
Sera melirik jam
tangannya. Pukul 06:59. Sudah hampir mendekati bel masuk kelas. Sera segera
membereskan peralatannya. Melihat hal itu, Siska pun mengikuti.
Samar-samar,
terdengar suara berisik dua orang cewek dari arah luar toilet. Perbincangan
diantara keduanya terdengar asyik sekali. Menghebohkan, lebih tepatnya.
“Sumpah! Ganteng
bangeeet.” puja si A. Derap langkah keduanya semakin mendekat menuju toilet.
“Keren pula. Dia
kelas apa sih?” timpal si B tidak kalah heboh.
“Entahlah. Dimanapun
kelasnya, aku harus cari tahu siapa namanya.” kata si A dengan ambisi absurd-nya yang kemudian diamini oleh si
B.
“Siska?” tunjuk si A
begitu ia berada di depan wastafel kamar mandi cewek. Si B agaknya sedikit berjengit jijik.
“Ngapain kamu di
sini?” tanya si B. Heran.
“Udah deh, kalian
diem aja. Gak perlu berisik.” jawab Siska jutek seraya tetap fokus pada
peralatan pembersih di depannya. Suaranya sedikit teredam tidak jelas di balik
masker mulut yang ia pakai.
Sinta melirik sekilas
ke arah Sera. Tatapannya tajam dan sinis. Sera mengabaikannnya. Aprilia menatap
jijik pada peralatan pembersih toilet yang tengah dibawa Sera.
“Oke deh, Sis. Kita
tunggu kamu di kelas. Ada berita bagus yang perlu kamu tahu.” kata Sinta, kemudian ia mengerling ke arah teman di sebelahnya. “Yuk, Pril. Kita cabut.”
Siska menatap
kepergian kedua teman gang-nya dengan
tanda tanya besar di benaknya.
Berita bagus?
***
“Maaf, Pak. Saya
telah menghilangkannya.” aku Sera kepada salah satu petugas perpustakaan
sekolah siang itu.
“Kamu sudah cari
dengan bener? Mungkin saja terselip di antara buku-bukumu di rumah.” kata Pak
Arto dengan sabar.
“Sudah Pak. Tapi
hasilnya nihil.” Sera tertunduk. “Saya akan menggantinya. Saya bersedia
membayar ganti rugi.” kata Sera yakin.
Pak Arto menatap Sera
penuh iba. Sejatinya ia tidak tega menarik pungutan ganti rugi kepada siswa
siswinya. Namun apa daya, peraturan tetaplah peraturan. Bagaimanapun wajib
ditaati, tanpa terkecuali.
“Baiklah, kalau
memang begitu keadaannya…” ujar Pak Arto dengan berat hati.
“Saya yang akan mengganti
kerugiannya.” potong seorang siswa di belakang Sera.
Seketika Sera menoleh
kebelakang. Pak Arto menatap pemuda itu penuh tanya. Keterkejutan menghiasi
wajah Sera ketika mendapati siapa yang ada di belakangnya saat ini. Telunjuknya
menunjuk dengan ragu.
“Fe— Ferdi?”
Kenapa Ferdi bisa ada di sini? Di sekolah ini? Batinnya tak mengerti. Namun sesaat kemudian Sera
menyadari satu hal ketika ia melihat seragam sekolah yang dikenakan Ferdi.
Mungkinkah dia…
“Saya yang akan
membayar ganti rugi buku yang hilang itu, Pak.” ujar Ferdi tanpa menoleh
sedikitpun ke arah Sera.
“Karena…” Ferdi
menatap Sera sekilas. Kata-katanya menggantung.
Sera yang masih
begitu shock dengan kehadiran Ferdi
yang tiba-tiba hanya bisa membekap mulutnya yang terbuka dengan kedua telapak
tangan. Ekspresi kaget bercampur heran masih sangat jelas terpancar di mata Sera
yang membulat sempurna.
“Karena, saya yang
telah menghilangkannya.” lanjut Ferdi kemudian.
[ ahkir dari part #13
]
~Ada Apa Dengan si
Cyber-a-holic~
Oleh: Dymar Mahafa
habis nih? kok bisa ferdi ada di sekolah sera?
BalasHapushabis nih? kok bisa ferdi ada di sekolah sera?
BalasHapusLaah...kurang...masih gantung..
BalasHapusIya kok tiba2 ada ferdi ya
BalasHapusFerdi pindah sekolah. hihihiii
BalasHapus